PENGEMBARA JIWA

(Menemukan Cahaya Abadi di dalam Lautan Tauhid dan Tasawuf)

PERJALANAN NABI MUSA AS, MENERIMA WAHYU

Posted by pengembarajiwa pada November 22, 2008

Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa.

Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.

Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka mengabdilah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

(QS : Thaahaa,11-14)


Diriwayatkan pada waktu itu Nabi Musa as, melihat sebuah cahaya api dari kejauhan lalu dia berpesan kepada keluarganya untuk menunggunya karena ia akan pergi ketempat itu untuk mengambilnya untuk di jadikan penerang jalan. Walhasil itulah awal pengangkatan dirinya menjadi seorang Rosul.
Dari kisah Nabi Musa as, yang tercantum dalam Al-Qur’anul Kariim tentang pengangkatan dirinya menjadi seorang Rosul memiliki Makna yang sangat luas sekali dan memberikan pelajaran kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad Rosulullah Saw. Diantaranya :


1. Tentang Makna “tanggalkanlah kedua terompah”
2. Tentang Makna lembah yang suci, “Thuwa”
3. Tentang Makna “Pengabdian kepada Tuhan”
4. Tentang Makna “mendirikan Sholat” dikaitkan dengan “Mengingat Tuhan”


Di dalam makna Ayat yang tercantum dalam Surah Thaahaa : 11-14 tsb, tentu mengandung segudang rahasia yang kesemuanya itu menuju kepada Kesempurna’an dari pada Amal Ibadah seseorang dan yang lebih utama adalah kesempurna’an di dalam ber Ma’rifat kepada Allah Swt.

Semoga dengan Firman Allah Swt tsb, memberikan kita suatu pelajaran yang mencerahkan untuk saling berbagi Ilmu Pengetahuan tentang jalan menuju kesempurna’an Hidup dalam Amal Ibadah dan dalam ber Ma’rifat kepada Allah Swt.
Bagi Saudara-saudaraku semuanya di Pondok Pengembara Jiwa ini, di persilahkan untuk memberikan masukkannya yang mencerahkan berdasarkan Pengetahuan Ilmu yang sudah di dapat dan di ketahui sehingga saudara-saudara kita yang lain bisa saling memetik Hikmah di dalam Uraian saudara-saudaraku semuanya.
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Wassalam

Pengembara Jiwa

46 Tanggapan to “PERJALANAN NABI MUSA AS, MENERIMA WAHYU”

  1. akayr said

    Assalamu Alaikum wr wb…

    @PJ
    1. Tentang Makna “tanggalkanlah kedua terompah”
    kedua terompah (sendal), menurut saya yang pertama yang perlu di tanggalkan adalah “nafsu” dan yang kedua adalah “akal”

    sdra yang lain mohon ditambahkan pencerahannya

    Wassalam
    akayR

  2. akayr said

    Assalamu Alaikum wr wb

    @PJ & sdra2 di blog PJ

    Selain ke-4 point diatas yang sdra PJ tuliskan….
    saya kembali membaca dari awal tulisah tersebut…,
    “Diriwayatkan pada waktu itu Nabi Musa as, melihat sebuah cahaya api”

    apakah “cahaya api” yang dilihat seperti dengan cahaya api umumnya …? ataukah itu adalah NUR…?
    mohon pengkajian hakiki dari sdra PJ dan sdra2 sekalian…?

    Wassalam
    akayR

  3. Akayr

    1. Tentang Makna “tanggalkanlah kedua terompah”

    Apa yang anda sampaikan ada benar juga dilihat dari segi perjalanan Ilmu yang biasa di sebut dengan Tariqah. Dimana Nafsu dan akal tidak boleh mendominan dalam menuju kepada Allah Swt, tetapi semata2 hanya Ruh yang telah tersucikanlah yang bisa mendekat kepada-Nya.

    Akan tetapi dari pandangan Hakikat, tatkala Nafsu dan akal sudah dilepaskan dalam menuju kepada Allah maka yang perlu diperhatikan lagi adalah tinggalkanlah merasa memiliki sesuatu yang ada pada diri yaitu apa saja yang ada pada diri Zahir dan apa saja yang ada pada diri Batin.

    Maksud saya serahkan diri Zahir dan Batin itu kepada Allah sang pemilik. Karena apabila masih merasa memiliki zahir dan Batin maka belumlah di katakan penyerahan yang total kepada Allah. Bagi mereka yang tertarik (Mahzub) kepada Allah, maka ia berjalan menuju kepada Allah hanya bertubuhkan Nur yang meliputi diri tanpa Zahir dan Batin.

    Kesimpulannya adalah hanya Hakikat Muhammad saja lah yang sampai bertemu dengan Allah Swt.

  4. Rasahati said

    Nuwun sewu ..saudaraku seiman, didalam ayat yang di ungkapkan sdr pengembarajiwa, mempunyai makna besar bahkan menurut yang saya ketahui setiap ayat alquran mempunyai 7 hijab didalamnya. Bila seseorang masuk hijab pertama maka akan terbayang hijab kedua begitu seterusnya. Menurut saya menanggalkan kedua terompah adalah menanggalkan akal dan pikiran menuju kesucian hati. Akal dan pikiran haruslah berada dibawah hati, seperti saat sujud dimana otak berada dibawah hati. Sedang kesucian hati didukung dengan kesempurnaan istinja dan wudhu, tentu dalam makna yang sesungguhnya. Itulah yang mendukung keiklasan dlam beribadah kepada alloh dan kusuk dalam sholat. Menegakkan dan mendirikan sholat adalah perintah untuk mengingat alloh yang tiada putus. Mendirikan sholat berarti terus mengingat alloh yang tiada putus di saat apapun, karna kalau sudah berdiri janan sampai rebah. Itulah sholat yang tiada putus .. Barangsiapa ingat sholat berikutnya didalam sholatnya maka sesungguhnya dia sudah masuk dalam waktu sholat tsb. Begitu pendapat saya, mohon koreksinya .salam

  5. Rasahati

    Alhamdulillah……Apa yang sudah anda uraikan sungguh sangat mencerahkan.

    Semoga bermanfa’at untuk saudara2 yang lain yang membacanya…..

    Wassalam

  6. Siliwangi said

    Simplenya begini…Terompah itu adalah lambang atribut keduniawian sedangkan makna tanggalkanlah kedua terompahmu adalah tanggalkan/tinggalkanlah hal2x yang berbau keduniawian dari hati dan pikiran sewaktu berjumpa/menghadap Allah Swt. Jadi kalau sewaktu menghadap Allah semisalnya shalat ya..gak boleh mikirin yang macem2x , hanya Allahlah yang ada di hati dan pikiran kita . Disinilah indahnya bahasa Allah mengumpamakan terompah sebagai atribut keduniawian dan bukan pakaian coba kalau Allah berfirman “dan tanggalkanlah kedua buah pakaianmu” pasti terkesan porno he..he..he..MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMANNYA . Salam .

  7. asep said

    Salamun’alaik

    Makna cahaya adalah merupakan perintah dan ketentuan Allah. Tanggalkan kedua terompah adalah perbedaan antara yg hak dengan yg bathil (Taqwa). Pengabdian kepada Tuhan adalah berserah diri kepada perintah dan ketentuan Allah. Mendirikan shalat adalah wujud perintah dan ketentuan Allah swt yg berupa dzikir untuk selalu mengingatNya.

    Apabila dihubungkan tiap maknanya adalah kepasrahan diri orang yg bertaqwa atas ketentuan dan perintah Allah untuk menjalankan shalat yg tentu saja selalu mengingatNya dalam setiap kehidupan lahir maupun bathin, sehingga tercapailah maqam ma’rifatullah yakni dengan diangkatnya Nabi Musa as menjadi seorang Rasul.

    Cahaya Allah tercermin pada Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaitnya yg merupakan manifestasi dari Al- Qur’an yg suci. Dengan memahami dan melaksakan makna ayat tsb diatas, maka Allah swt akan meninggikan derajat kita lebih tinggi lagi sesuai dengan amal ibadah kita.

    Mungkin begitu, mohon koreksi.

    Wasalam

  8. truthseeker08 said

    TEROMPAH
    Yang terikut dalam diri yang secara fitrah terrasakan kotor (membawa najis) sehingga tidak saya bawa pada saat shalat adalah “terompah”. Sedangkan secara batin ketika menghadap Allah diri harus menanggalkan semua yang terkait dengan dunia (tanah/bumi), sehingga hati yang bersih dan ikhlas sajalah yang layak dihadapkan kepada Allah SWT.

    LEMBAH SUCI “THUWA”
    Di tempat yang suci tidak diijinkan segala najis hadir. Pertemuan dengan Allah bukan saja dilakukan dengan zahir & batin yang suci namun juga selayaknya pada tempat yang suci pula. Dari sisi batinnya, lembah yang suci bisa diartikan sebagai hati/qalb tempat/wadah bersemayamnya jiwa. Sehingga, kesucian qalb harus menyertai jiwa.

    Mengabdi (menghamba) kepada Tuhan
    Sebelum perintah agar Nabi Musa mengabdi/menghamba Allah meminta kesaksian Nabi Musa bahwa Allah adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan (yang Hak) selain Allah.
    Perintah penghambaan ini juga berarti kesaksian Nabi Musa bahwa beliau hanyalah seorang hamba yang wajib menghamba/mengabdi kepada Tuhan (Penguasa/Pemilik). Sehingga kesaksian ini sekaligus mengahncurkan ke-aku-an beliau, sekaligus beliau bersaksi bahwa beliau hanyalah milik Allah.

    Mendirikan shalat untuk Mengingat Allah
    Setelah jelas semua dimana posisi/kedudukan Allah & posisi/kedudukan Beliau, maka beliau sudah bisa melakukan shalat, krn shalat yang sudah melalui tahap penyaksian atas Allah yang Esa dan penyaksian atas kedudukan kita hanya sebagai hamba akan membawa pada pintu shalat yang sempurna. Dan kesempurnaan shalat tsb menjadi lengkap dengan kejelasan dari tujuan/akibat dari shalat itu sendiri yaitu untuk mengingat Allah. Mengingat berarti terhubung, terhubung berarti dekat. Terhubung hanya bisa tercapai ketika muncul “kesamaan2”, kesamaan2 hanya bisa tercapai ketika ada pengenalan atas sifat yang ingin didekati/dihubungi. Mengenali tidak bermakna ketika belum dilengkapi dengan kesaksian atas yang dikenali.

    Laa haula walaa quwwata illa billah.

    Wassalam

  9. asep said

    Koreksi :

    Ma’af ada yg terlewat tentang makna lembah yang suci Thuwa adalah tempat yg suci untuk beribadah kepada Allah.

    Apabila dihubungkan tiap maknanya adalah kepasrahan diri orang yg bertaqwa atas ketentuan dan perintah Allah dalam menjalankan ibadah shalat ditempat yg suci untuk selalu mengingatNya dalam setiap kehidupan lahir maupun bathin, sehingga tercapailah maqam ma’rifatullah yakni dengan diangkatnya Nabi Musa as menjadi seorang Rasul.

    Wasalam

  10. @AkayR & @Rasa Hati & @Siliwangi & @truthseeker08 & @Asep

    Alhamdulillah….., kita semuanya mendapatkan Anugrah Ilmu Allah Ta’ala dengan adanya persaudaraan dan pencerahan2 yang Anda2 semua tulis. Subhanallah…., Itulah Rahmat dari pada sifat Jamalnya Allah Ta’ala yang memancar kepada kalian sehingga apa2 yang tertulis dari komentar2 Anda mengandung pencerahan yang sangat berharga sekali.

    Jika kita lihat lebih seksama dari apa2 yang saudara2ku tulis pada komentar “PERJALANAN NABI MUSA AS, MENERIMA WAHYU”, menurut saya semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain, membuktikan bahwa itulah kebenaran yang datang dari pada Allah…..

    Mari kita renungkan komentar2 kita masing2 lalu kita taut kan dengan komentar saudara2 kita yang lain, apakah menurut saudara2ku sama dengan apa yang saya ketahui bahwa komentar2 anda saling berhubungan satu dengan yang lain?

    Dan saya mengucapkan :

    Terimakasih pada Saudaraku AkayR………..
    Terimakasih pada Saudaraku Rasa Hati…….
    Terimakasih pada Saudaraku Siliwangi…….
    Terimakasih pada Saudaraku truthseeker08…
    Terimakasih pada Saudaraku Asep…………

    Semoga pencerahan dari komentar2 Anda bermanfa’at dan menjadi Rahmat kepada para pembaca dan pengunjung Pondok PJ.

    Allah beserta kita dan tidak mungkin Allah mengecewakan Hamba-Nya

    Salam dari Saudara kalian ini

    yang Fakir, Miskin dan Tiada Daya ini

    Laa Hawlaa wa laa Quwwata Illaa Billahil ‘Aliyyil Adziim…..

  11. Aburahat said

    @All
    Saya belum berani memberi komentar walaupun ingin sekali. Karena menurut saya ayat2 tersebut adalah ayat2 Mutasyabihat.
    Firman Allah: Surah Al-Imran ayat 7

    “Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Alqur’an) kepada kamu. Diantara isinya ada ayat2 MUHKAMAT itulah pokok2 Al Qur’an dan yang lain adalah ayat2 MUTASYABIHAT. Adapun orang2 yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat2 yang mutasyabihat untuk menibulkan fitnah dan men-cari2 takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang2 yang mendalam ilmunya mengatakan:” Kami beriman pada ayat2 yang MUTASYABIHAT, semua itu dari sisi Tuhan kami.”
    Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang2 yang berakal”. Wasalam

  12. Siliwangi said

    Untuk saudaraku Abu Rahat apa yang saudaraku lakukan sudah benar yaitu tidak berbicara suatu ilmu sedang kita sendiri tidak mengetahui karena… ada suatu wejangan yang mengatakan”janganlah berbicara suatu ilmu sedangkan kamu sendiri tidak mengetahui akan ilmu tersebut dan janganlah menceritakan suatu kejadian sedangkan kamu sendiri tidak mengalami kejadian tersebut” dan wejangan ini selalu saya pegang teguh intinya adalah apa yang saya katakan sama dengan apa yang saya ketahui dan saya alami , tidak di tambah atau di kurangi. Menurut saya ayat ini tidak termasuk ayat mutasyabihat melainkan ayat yang sangat jelas ma’nanya tinggal kita mau mengartikan kedalam ( sehingga timbul introspeksi diri/mawas diri ) atau mengartikannya keluar? Akan tetapi sesungguhnya bagi para kekasih Allah ayat2x Al Qur’an merupakan ayat2x yang sangat jelas sekali ma’nanya. Hanya saja kalau menurut saya jangan sekali2x mengartikan ayat ayat seperti HaaMiim, Yasiin , AlifLaamMimShod..dan yang semacamnya

  13. Siliwangi said

    Tanpa mengetahui dengan pasti apa ma’na yang terkandung di dalamnya karena hanya akan menimbulkan kesesatan/fitnah. Dan saya sangat senang dengan sikap dari saudaraku Abu Rahat yang menahan diri dari mengartikan suatu ayat/ilmu sedangkan dia sendiri belum yakin dengan apa yang akan disampaikannya. Islam itu ajaran pasti, Janji Allah juga pasti jadi kalau berbicara tentang islam ya..harus yang pasti2x . Salam dari saudaramu yang bodoh ini .

  14. Aburahat said

    @Siliwangi
    Wa A’laikumus Salam. Jangan mas mengaku bodoh. Jangan se-kali2 mas. Imam Ali mengatakan satu ilmu yang kuterima dari seseorang maka dia adalah guruku. Sedangkan Imam Ali adalah Babul Ilmi.
    Mas, saya mengatakan mutasyabihat karena ber-macam2 penafsiran atas TEROMPAH dan API. Kalau menurut saya apabila sesuatu yang kita tidak yakin kebenaran atas tafsiran maka itu adalah mutasyabihat. Kalau mengenai ALIF LAM MIM dan sejenisnya maka menurut saya malahan muhkamat. Coba mas baca tafsir Al Mizan penafsirnya Said Husein Thabathabai’. Wasalam

  15. Siliwangi said

    Saudaraku Abu Rahat, memang benar apa yang saudaraku katakan akan tetapi setahu saya ayat mutasyabihat adalah ayat yang tersamar artinya sedangkan muhkamat adalah jelas kedudukannya. Contoh “Tanggalkanlah kedua terompahmu” menurut saya sangat jelas artinya yaitu meninggalkan segala bentuk atribut keduniawian alias suci bersih dalam menghadap Allah dan ta’wil ini tidak bertentangan dengan hadis ataupun ayat ayat yang lainnya yaitu jikalau menghadap Allah haruslah Khusuk. sedangkan makna Api yang dimaksud menurut saya termasuk mutasyabihat ( oleh karena itu saya tidak menta’wilkannya untuk menghindari fitnah dari saudara kita yang lain, karena pengunjung pondok ini tidak semuanya mengerti akan hakekat ma’rifat) . Aliflaammim , Aliflaammimro, Haammin adakah yang tau arti yang sesungguhnya dari ayat tersebut sebagaimana adakah yang bisa menta’wilkan wajah Allah? Maka oleh karena itulah saya mengatakan bahwa ayat2x tersebut termasuk ayat2x mutasyabihat. Semoga berkenan mohon maaf jika salah.

  16. aburahat said

    @Siliwangi
    Tidak ada yang salah kita semua sedang belajar mudah2an dengan demikian pengertian kita lebih mendekati kebenaran.
    Menurut saya agak lain penafsiran atas kedua terompah. Nabi Musa seorang yang berpegang teguh pada Syariat dan tareqah. Jadi harus ditinggalkan kedua itu waktu menghadap Allah dengan penuh perasaan atas Ke Agungan Allah. Karena mau menemui Allah tidak ada Syariat serta Thariqah Khsusus dengan Ma’rifat. Ini menurut saya Wallahu A’lam. Allah Maha Mengetahui apa yang dikehendaki dari makna TEROMPAH tersebut. Saya menafsirkan demikian atas dasar perjalanan Nabi Musa dgn Orang yang menerima Ilmu dari Allah dalam Surah Al Kahfi. Wasalam

  17. Siliwangi said

    Yang terpenting adalah bagaimanapun persepsinya… yang jelas, harus bisa membawa kita semua kedalam keadaan yang lebih baik dalam memahami hakekat hidup ini agar kita semua bisa mencapai maqam inalillahi wainnailaihi roo’jiun. Asal dari Allah harus kembali kepada Allah .

  18. asep said

    @Semuanya

    “Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Alqur’an) kepada kamu. Diantara isinya ada ayat2 MUHKAMAT itulah pokok2 Al Qur’an dan yang lain adalah ayat2 MUTASYABIHAT. Adapun orang2 yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat2 yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan men-cari2 takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang2 yang mendalam ilmunya mengatakan:” Kami beriman pada ayat2 yang MUTASYABIHAT, semua itu dari sisi Tuhan kami.”
    Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang2 yang berakal” (QS Al-Imran ayat 7)

    Ya Allah, mudah-mudahan hati saya tidak condong kepada kesesatan seperti isi dalam Firman Allah swt tsb diatas.

    Apabila ada yang salah dalam menta’wilkannya, saya memohon ampunan-Mu yaa Allah.

    Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

    Wasalam

  19. Siliwangi said

    🙂

  20. aburahat said

    @All
    Kita semua dalam blog mengadakan diskusi terlebih dahulu kita memohon petunjukNya. Insya Allah dan saya Yakin Allah mengetahui isi hati kita. Orang yang membicarakan ilmu demi mendapat keridhaan Allah terecatat di Lauhim Mahfud sebagai orang berilmu. Insya Allah. Wasalam

  21. .??? said

    Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..Allah …. Allah ….Allah…..
    Wahai Yang Maha Hidup, hidupkanlah aku …mampukan aku untuk mendengar dan memandangMU ……………….

  22. Saudaraku semuanya…… yang berada dalam naungan Ilmu Allah Ta’ala

    Sungguh!, Hanya Allahlah yang Maha Benar dan kepada-Nya lah kembali segala kebenaran itu dan akan di beri petunjuk kepada siapa2 yang dikehendaki-Nya.

    Dengan mengenal dan di sertai Mahabbah kepada Allah dan Rosul-Nya maka masuklah mereka itu ke dalam “Ahlullah”. mereka2 yang menjadi “Ahlullah” akan mengalir kepadanya petunjuk2 Allah pada dirinya melalui Nur yang memancar pada Qolb nya sehingga Nyatalah akan kebenaran Allah.

    Jika sudah Nyata akan kebenaran Allah, tidak mustahil baginya akan tersingkap akan rahasia2 yang terkandung dalam Al-Qur’anul Kariim. Sehingga tidak ada lagi Firman Allah baginya yang samar dan meragukan. Bukankah Allah berfirman : “Kitab Al-Qur’an itu tidak ada keragu2an di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang2 yang bertaqwa”.

    Akan tetapi yang perlu kita renungkan kembali adalah, bahwa kandungan Al-Qur’an itu sungguh2 sangat lah luas sekali Maknanya bagaikan lautan yang tanpa tepi dan tiada batas. sehingga satu ayat saja jika di gali makna nya maka memiliki makna yang tidak terhitung banyaknya.

    Karenanya letak kebenaran itu ada pada keyakinan. Jika keyakinan itu disertai dengan Ilmu terutama Ilmu Ma’rifatullah, maka apa2 yang telah tertanam pada Qolb nya adalah benar adanya….. di karenakan telah tertanam beserta Nurun Ala Nurin yang bercahaya pada Qolbnya.

    Jadi bukanlah suatu pertentangan jika apa2 yang saudara2ku telah pahami dalam Ilmu dan telah tertanam keyakinan ttng Ayat di atas, maka semuanya itu adalah kebenaran.

    Lalu mari kita kembalikan lagi kepada Allah, bahwa karena Allah jualah kebenaran itu datang dan dengan Allah jualah kebenaran itu terungkap dan beserta Allah jualah kebenaran itu menjadi saksi akan Firman Allah yaitu Al-Qur’anul Kariim.

    “Inna lillahi wa inna ilaihi roo ji’uun”, asalnya dari pada Allah dan kembali jua kepada Allah.

    1. “Tanggalkanlah kedua terompahmu”

    Sadarilah bahwa kita tidak ada DAYA dan tidak ada UPAYA “Zahir” maupun “Batin” melainkan kesemuanya itu dengan Qudrat Iradat Allah semata. “Laa Tataharroka Illaa Bi ‘iznillah”

    2. “Lembah yang Suci “THUWA”

    Yaitu “Hakikatul Muhammadiyah” yang pada waktu itu masih berupa “Nur” bernama “AHMAD” adalah suatu tempat berkumpulnya ruh2 yang suci yaitu diri Zahir Batin yang sadar dan mengerti akan La Hawla Wa la Quwwata…., Hanya Ruh2 yang suci sajalah yang dapat masuk ke dalam “Hakikatul Muhammadiyyah” untuk menerima RASA bertuhan sehingga nyata Tuhan itu dilihatnya melalui alat yang ada pada diri yaitu RASA (bukan melihat dengan mata kepala)

    3 Mengabdi kepada Allah

    Dengan mengerti dan mengenal kepada Allah maka itulah mereka2 yang mengabdi kepada Allah…

    No. 4 sudah ada penjelsannya pada postingan terbaru “yaitu Zikir dalam Sholat”

  23. Siliwangi said

    Yah..begitulah mas PJ Al Qur’an itu mubin ( nyata ) bagi para kekasihNya dan tersamar bagi yang belum mengenal-Nya. Dan memang benar dari satu ayat bisa mengandung beberapa arti ( arti keatas , kebawah , kekiri , kekanan , kedepan dan kebelakang ) tergantung dari sisi mana kita memahaminya. Semoga kita semua selalu diberikan petunjuk dan pemahaman yang selaras dengan apa yang Allah inginkan dengan turunnya Ayat2x Al Qur’an tersebut . Karena sesungguhnya Al Qur’an tersebut di turunkan sebagai tanda Rahman Rahim-Nya agar kita semua bisa kembali kepada-Nya melalui petunjuk tersebut ( Al Qur’an ) yang dijabarkan oleh Rosulullah dengan sangat sempurna . Salam .

  24. .???

    Ya…. Allah Ya… Robbii…. Engkau sebaik2 yang mengabulkan do’a dan Engkau Maha mendengar terhadap Rintihan2 Hamba-Mu. Karenanya Ya… Robb’ Kabulkanlah permohonan dari saudaraku ini…. dengan kemurahan Kasih sayang-Mu dan Ridho-Mu.

    Aamiin….Aamiin…Aamiin… Ya… Robbal Aalamiin….

  25. hamba Allah yang fakir said

    Subhanallah…Alhamdulillah, semua komentar begitu mendalam dan berisi,menambah khasanah pemahaman saya. amiin…

    Saya teringat pada suatu anekdot dan artikel sufistik , yang mungkin dapat menambah gambaran kira-kira apa yang dimaksud dg dua alas kaki tsb dan bagaimana berjalan di jalan Allah.

    Suatu ketika Allah berkata:
    “Pada saat Aku baru menciptakan kamu, engkau hanya untuk Aku sendiri.”

    “Setelah Ku-ciptakan Syurga, pergi dari-Ku 99% karena ingin syurga”

    “setelah kuciptakan Neraka, pergi lagi 99% dari yang tinggal karena takut neraka”

    “setelah Ku-ciptakan dunia, pergi 99% lagi dari yang sisa, karena ingin dunia”

    “hanya tinggal sedikit sekali dari mahluk-Ku yang masih tinggal di hadapan-Ku”

    “Aku bertanya kepada mereka yang tersisa: Hai mahluk-Ku yang bodoh, mengapa kalian masih tinggal di hadapan-Ku? apakah kalian tidak ingin syurga, apakah kalian tidak takut ganasnya neraka? apakah kalian tidak ingin dunia”
    mahluk-mahluk yang bodoh itu menjawab:”Engkaulah pencipta semua yang ada, milik-Mu-lah apa yang tercipta,Maha Berkuasa Engkau atas segala sesuatu. Berlakulah segala yang Engkau kehendaki.
    Wahai Yang Maha Perkasa, Tidaklah akan dapat kami miliki apapun jua, bahkan diri kami sendiri. Tidak dapat kami raih kebaikan, tidak dapat kami tolak mudharat, selain melalui Kekuasaan-Mu
    Bagaimana akan sanggup kami menginginkan apa-apa yang nyata-nyata adalah milik-Mu. Kemuliaan apalagi yang lebih baik selain tetap berada dihadapan-Mu, menjadi sasaran pandangan-Mu wahai Engkau Yang Maha Mulia.
    Cukup Engkau sajalah bagi kami
    yaa Robbika.

    Kutipan Hikmah Sufistik dari Syeikh Abdul Wahid bin Zaid

    Suatu hari aku berjumpa seorang sufi di tengah perjalananku.

    “Semoga Allah merahmati anda. Aku bertanya tentang suatu persoalan…” tanyaku padanya.
    “Silakan. Hari-hari telah berlalu, nafas terhitung dan terbatas. Sedang Allah terus melihat dan mendengar…” katanya.

    “Apakah pangkal ketaqwaan itu?” tanyaku
    “Sabar.” Jawabnya

    “Lalu pangkal kesabaran?”
    “Tawakkal pada Allah.”

    “Pangkal Tawakkal?”
    “Memutuskan diri hanya kepada Allah..”

    “Pangkal memutuskan diri pada Allah?”
    “Menyendiri bersama Allah…”

    “Menyendiri dengan Allah itu pangkalnya apa?”
    “Tajrid (mengosongkan diri) selain Allah.”

    “Apakah sesuatu paling lezat?” tanyaku lagi.
    “Mesra dengan suka cita pada Dzikrullah..” Jawabnya.

    “Lalu apa sesuatu yang paling baik?”
    “Hidup bersama Allah…”

    “Apa yang disebut paling dekat?”
    “Sambung dengan Allah”

    “Kemudian apa yang membuat hati sangat lapar?”
    “Pisah dengan Allah.”

    “Apakah yang menjadi himmah (cita-cita) orang yang ma’rifat pada Allah?”
    “Bertemu Allah.”

    “Apa tanda-tanda menjadi pecinta Allah?”
    “Mencintai dzikrullah.”

    “Apakah sukacita dengan Allah itu?”
    “Meneguhkan rahasia batin dengan Allah.”

    “Apakah pangkal dari pasrah itu?”
    “Taslim terhadap perintah-perintah Allah.”

    “Lalu pangkal dari Taslim (pasrah total)?”
    “Mengingat bahwa permohonan hanya kepada Allah…”

    “Apakah kegembiraan paling agung?”
    “Husnudzon kepada Allah.”

    “Siapakah manusia paling besar?”
    “Adalah manusia yang merasa hatinya cukup dengan Allah.”

    “Siapa manusia paling kuat?”
    “Orang yang meraih kekuatan pada Allah.”

    “Siapa yang disebut orang bangkrut?”
    “Orang yang ridlo kepada selain Allah.”

    “Apakah harga diri itu?”
    “Melihat dunia bersama Allah….”

    “Kapan seorang hamba jauh dari Allah?”
    “Ketika ia terhijab (tertirai) dari Allah”.

    “Kapan seseorang itu terhijab?”
    “Manakala hatinya berhasrat kepada selain Allah.”

    “Siapakah orang alpa itu?”
    “Yaitu orang yang menghabiskan usianya bukan untuk taat kepada Allah.”

    “Apakah Zuhud di dunia itu?”
    “Meninggalkan kesibukan selain Allah yang menghambat bersama dengan Allah.”

    “Siapa yang disebut orang yang menghadap Allah?”
    “Ya, orang yang menghadapkan segenap jiwanya pada Allah.”

    “Lalu siapa yang menyingkir dari Allah?”
    “Ya orang yang menyingkirkan hatinya dari Allah.”

    “Apakah Qolbun Salim itu?”
    “Hati yang kosong selain Allah.”

    “Ceritakan padaku darimana anda makan?”
    “Dari kekayaan Allah.”

    “Apa yang sesungguhnya anda inginkan?”
    “Yang ditetapkan Allah padaku…”

    “Kalau begitu beri aku wasiat…”
    “Taatlah kepada Allah, ridlolah kepada ketentuan Allah dan bersukacitalah dengan dzikrullah, maka kalian akan menjadi pilihan Allah.”

    Hamba Allah Yang Fakir

  26. Dzunnun Al-Mustafa said

    Assalamualaikum,

    1. Kenapa dalam surat tersebut terdapat kata “NI dan ANA” yg maknanya sama ( AKU ), AKU siapa yg dimaksudkan dalam kata”NI dan ANA”, mohon dikajikan.

    2. Tentang Kalimat terakhir “LI DZIKHRI” apakah artinya Mengingat AKU ataukah Ingat AKU?
    3. Mengapa dalam Do’a Nabi Musa AS tatkala bermunajat dihadapn Allah, ingin sekali menjadi salah satu umat Rasulullah Muhammad SAW, dan ingin dihidupkan kembali di zaman beliau?

    Fattaqullaha mastata’tum billahi fi sabililhaq
    wassalamualaikum

  27. hin kelana said

    Dan Semesta pun Kehilangan Pelita Terindahnya.

    Ketika Al-Musthafa berada dihadapan , kupandangi pesonanya dari ujung kaki hingga kepala,
    Tahukah kalian apa yang terjelma ? ….Ya …..
    Cinta !(Abu Bakar ra)

    Nabi demam kembali, kini panasnya semakin tinggi. Lemah ia berbaring, menghadapkan wajah pada Fatimah anak kesayangan. Sudah beberapa hari terakhir, kesehatannya tidak lagi menawan. Senin itu, kediaman manusia paripurna didatangi seorang berkebangsaan Arab dengan wajah rupawan. Di depan pintu, ia mengucapkan salam “Assalamu’alaikum duhai para keluarga Nabi dan sumber kerasulan, bolehkah saya menjumpai kekasih Allah?”. Fatimah yang sedang mengurusi ayahnya, tegak dan berdiri di belakang pintu “Wahai Abdullah, Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri”. Fatimah berharap tamu itu mengerti dan pergi, namun suara asing semula kembali mengucapkan salam yang pertama.

    “Alaikumussalam, hai hamba Allah” kali ini Nabi yang menjawabnya.

    “Anakku sayang, tahukah engkau siapakah yang kini sedang berada di luar?”

    “Tidak tahu ayah, bulu kudukku meremang mendengar suaranya”

    “Sayang, dengarkan baik-baik, di luar itu adalah dia, pemusnah kesenangan dunia, pemutus nafas di raga dan penambah ramai para ahli kubur”. Jawaban nabi terakhir membuat Fatimah jatuh terduduk. Fatimah menangis seperti anak kecil.

    “Ayah, kapan lagi aku akan mendengar dirimu bertutur, harus bagaimana aku menuntaskan kerinduan kasih sayang engkau, tak akan lagi ku memandang wajah kesayangan ayahanda” pedih Fatimah. Nabi tersenyum, lirih ia memanggil ” Sayang, mendekatlah, kemarikan pendengaranmu sebentar”. Fatimah menurut, dan Kekasih Allah itu berbisik mesra di telinga anaknya,

    “Engkau adalah keluargaku yang pertama kali menyusul sebentar kemudian”. Seketika wajah Fatimah tidak lagi pasi tapi bersinar. Lalu kemudian, Fatimah mempersilahkan tamu itu masuk. Malaikat pencabut maut berparas rupawan itu pun kini berada di samping Muhammad.

    “Assalamu’alaikum ya utusan Allah” dengan takzim malaikat memberi salam.

    “Salam sejahtera juga untukmu pelaksana perintah Allah, apakah tugasmu saat ini, berziarah ataukah mencabut nyawa si lemah?” tanya nabi. Angin berhembus dingin.

    “Aku datang untuk keduanya, berziarah dan mencabut nyawamu, itupun setelah engkau perkenankan, jika tidak Allah memerintahkanku untuk kembali”

    “Di manakah engkau tinggalkan Jibril? Duhai Izrail?”

    “Ia kutinggal di atas langit dunia”.

    Tak lama kemudian, Jibril pun datang dan memberikan salam kepada seseorang yang juga dicintanya karena Allah.

    “Ya Jibril, gembirakanlah aku saat ini” pinta Al-Musthafa.

    Terdengar Jibril bersuara pelan di dekat telinga manusia pilihan, “Sesungguhnya pintu langit telah di buka, dan para Malaikat tengah berbaris menunggu sebuah kedatangan, bahkan pintu-pintu surga juga telah dilapangkan hingga terlihat para bidadari yang telah berhias menyongsong kehadiran yang paling ditunggu-tunggu”.

    “Alhamdulillah, betapa Allah maha penyayang” sendu Nabi, wajahnya masih saja pucat pasi.

    “Dan Jibril, masukkan kesenangan dalam hati ini, bagaimana keadaan ummatku nanti”.

    “Aku beri engkau sebuah kabar akbar,

    Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Aku, telah mengharamkan surga bagi semua Nabi, sebelum engkau memasukinya pertama kali, dan Allah mengharamkan pula sekalian umat manusia sebelum pengikutmu yang terlebih dahulu memasukinya” Jawaban Jibril itu begitu berpengaruh. Maha suci Allah, wajah Nabi dilingkupi denyar cahaya. Nabi tersenyum gembira.

    Betapa ia seperti tidak sakit lagi. Dan ia pun menyuruh malaikat izrail mendekat dan menjalankan amanah Allah.

    Izrail, melakukan tugasnya. Perlahan anggota tubuh pembawa cahaya kepada dunia satu persatu tidak bergerak lagi. Nafas manusia pembawa berita gembira itu semakin terhembus jarang. Pandangan manusia pemberi peringatan itu kian meredup sunyi. Hingga ketika ruhnya telah berada di pusat dan dalam genggaman Izrail, nabi sempat bertutur, “Alangkah beratnya penderitaan maut”. Jibril berpaling tak sanggup memandangi sosok yang selalu ia dampingi di segala situasi.

    “Apakah engkau membenciku Jibril”

    “Siapakah yang sampai hati melihatmu dalam keadaan sekarat ini, duhai cinta,” jawabnya sendu.

    Sebelum segala tentang manusia terindah ini menjadi kenangan, dari bibir manis itu terdengar panggilan perlahan

    “Ummatku… Ummatku….”. Dan ia pun dengan sempurna kembali.

    Nabi Muhammad Saw, pergi dengan tersenyum, pada hari senin 12 Rabi’ul Awal, ketika matahari telah tergelincir, dalam usia 63 tahun.

    Muhammad, Nabi yang Ummi, Kekasih para sahabat di masanya dan di sepanjang usia semesta, meninggalkan gemilang cahaya kepada dunia. Muhammad, pemberi peringatan kepada semua manusia, menorehkan dalam-dalam tinta keikhlasan di lembaran sejarah. Muhammad, yang bersumpah dengan banyak panorama indah alam:

    “demi siang bila datang dengan benderang cahaya, demi malam ketika telah mengembang, demi matahari sepenggalah naik”, telah membumbungkan Islam kepada cakrawala megah di angkasa sana.

    Ia, Muhammad, menembus setiap gendang telinga sahabatnya dengan banyak kuntum-kuntum sabda pengarah dalam menjalani kehidupan.

    Ia, Muhammad, yang di sanjung semua malaikat di setiap tingkatan langit, berbicara tentang surga, sebagai tebusan utama, bagi setiap amalan yang dikerjakan.

    Ia, Muhammad yang selalu menyayangi fakir miskin dan anak yatim, menggelorakan perintah untuk senantiasa memperhatikan manusia lain yang berkekurangan. Dan Ia, Muhammad, tak akan pernah kembali lagi.

    Sungguh, Madinah berubah kelabu. Banyak manusia terlunta di sana.

    Dan Aisyah ra, yang pangkuannya menjadi tempat singgah kepala Rasulullah di saat terakhir kehidupannya, menyenandungkan syair kenangan untuk sang penerang, suaranya bening. Syahdunya membumbung ke jauh angkasa.

    Beginilah Aisyah menyanjung sang Nabi yang telah pergi :

    Wahai manusia yang tidak sekalipun mengenakan sutera,
    Yang tidak pernah sejeda pun membaringkan raga pada empuknya tilam
    Wahai kekasih yang kini telah meninggalkan dunia,
    Kutau perutmu tak pernah kenyang dengan pulut lembut roti gandum
    Duhai, yang lebih memilih tikar sebagai alas pembaringan
    Duhai, yang tidak pernah terlelap sepanjang malam karena takut sentuhan neraka Sa’ir

    Dan Umar r.a yang paling dekat dengan musuh disetiap medan jihad itu, kini menghunus pedang.

    Pedang itu menurutnya diperuntukkan untuk setiap mulut yang berani menyebut kekasih kesayangannya telah kembali kepada Allah. Umar tatap wajah-wajah para sahabat itu setajam mata pedangnya, meyakinkan mereka bahwa Umar sungguh-sungguh.

    Umar terguncang. Umar bersumpah. Umar berteriak lantang. Umar menjadi sedemikian garang. Ia berdiri di hadapan para sahabat yang terlunta-lunta menunggu kabar manusia yang dicinta.

    Dan Abu Bakar, sahabat yang paling lembut hatinya, melangkah pelan menuju jasad manusia mulia. Langkahnya berjinjit, khawatir akan mengganggu seseorang yang tidur berkekalan, pandangannya lurus pada sesosok cinta yang dikasihinya sejak pertama berjumpa. Raga berparas rembulan itu kini bertutup kain selubung. Abu Bakar hampir pingsan.

    Nafasnya berhenti berhembus, tertahan. Sekuat tenaga, ia bersimpuh di depan jasad wangi al-Musthafa. Ingin sekali membuka penutup wajah yang disayangi arakan awan, disanjung hembusan angin dan dielu-elukan kerlip gemintang, namun tangannya selalu saja gemetar. Lama Abu bakar termenung di depan jenazah pembawa berkah.

    Akhirnya, demi keyakinannya kepada Allah, demi matahari yang masih akan terbit, demi mendengar rintihan pedih ummat di luar, Abu bakar mengais sisa-sisa keberanian. Jemarinya perlahan mendekati penutup tubuh suci Rasulullah, dan dijumpailah, wajah yang tak pernah menjemukan itu. Abu bakar memesrai Nabi dengan mengecup kening indahnya. Hampir tak terdengar ia berucap, “Demi ayah dan bunda, indah nian hidupmu, dan indah pula kematianmu. Kekasih, engkau memang telah pergi”.

    Abu bakar menunduk. Abu Bakar mematung. Abu Bakar berdoa di depan tubuh nabi yang telah sunyi.

    Dan Bilal bin Rabah, yang suaranya selalu memenuhi udara Madinah dengan lantunan adzan itu, tak lagi mampu berseru di ketinggian menara mesjid. Suaranya selalu hilang pada saat akan menyebut nama kekasih ‘Muhammad’.

    Di dekat angkasa, seruannya berubah pekik tangisan. Tak jauh dari langit, suaranya menjelma isak pedih yang tak henti. Setiap berdiri kukuh untuk mengumandangkan adzan, bayangan Purnama Madinah selalu saja jelas tergambar.

    Tiap ingin menyeru manusia untuk menjumpai Allah, lidahnya hanya mampu berucap lembut, “Aku mencintaimu duhai Muhammad, aku merindukanmu kekasih”. Bilal, budak hitam yang kerap di sanjung Nabi karena suara merdunya, kini hanya mampu mengenang Sang kekasih sambil menatap bola raksasa pergi di kaki langit.

    Dan, terlalu banyak cinta yang menderas di setiap jengkal lembah madinah. Yang tak pernah bisa diungkapkan.

    Semesta menangis.

    ***

    Sahabat, Sang penerang telah pergi menemui yang Maha tinggi.

    Purnama Madinah telah kembali, menjumpai kekasih yang merindui.

    Dan semesta, kehilangan pelita terindahnya.

    Saya mengenangmu ya Rasulullah, meski hanya dengan setitik tinta pena.

    Saya mengingatimu duhai pembawa cahaya dunia, meski hanya dengan selaksa kata.

    Dan saya meminjam untaian indah peredam gemuruh dada, yang dilafadzkan Hasan Bin Tsabit, salah seorang sahabat penyair dari masa mu:

    Engkau adalah ke dua biji mata ini
    Dengan kepergianmu yang anggun,

    Aku seketika menjelma menjadi seorang buta
    Yang tak perkasa lagi melihat cahaya

    Siapapun yang ingin mati mengikutimu
    Biarlah ia pergi menemui ajalnya,

    Dan Aku,
    Hanya risau dan haru dengan kepergian terindahmu

    Sahabat, kenanglah Nabi Muhammad Saw, meski dalam kelenggangan yang sempurna, agar hal ini menjadi obat ajaib, penawar dan penyembuh kegersangan hati yang kerap berkunjung.

    Agar, di akhirat kelak, dengan agung Nabi memanggil semua manusia yang senantiasa merindukan dan mencintainya.

    Adakah yang paling mempesona dihadapanmu, ketika suara suci Nabi menyapamu anggun, menjumpaimu dengan paras yang tak pernah kau mampu bayangkan sebelumnya. Adakah yang paling membahagiakan di kedalaman hatimu, ketika sesosok yang paling kau cinta sepenuh jiwa dan raga, berada nyata di dekatmu dan menemuimu dengan senyuman yang paling manis menembusi relung kalbu. Dan adakah di dunia ini yang paling menerbangkan perasaanmu ke angkasa, ketika jemari terkasih menggapaimu untuk memberikan naungan perlindungan dari siksa pedih azab neraka.

    Adakah sahabat ???

    Jika saat ini ada yang bening di kedua sudut kelopak matamu, berbahagialah, karena mudah-mudahan ini sebuah pertanda. Pertanda cinta tak bermuara.

    Dan, ketika kau tak dapati air mata saat ini, kau sungguh mampu menyimpan cinta itu di dasar hatimu.

    Salam saya, untuk semua sahabat. Mari bersama bergenggaman, saling mengingatkan, saling memberikan keindahan ukhuwah yang telah Rasulullah tercinta ajarkan.

    Mari Sahabat !

    Allohuma Solliala Muhammad …wa ala ali Muhammad ……

    Untuk kemuliaan manusia termulia dan tercinta sayyidina Rasulullah Muhammad SAW
    Bihurmati Habib Al fatihah

    Wass

    disalin dari :
    http://jalansufi.multiply.com/

  28. Soorry neeh nyelenceng dari thema,…. maaf deh bloman minta izin sama yang tercinta Mas Pj dan sahabatku yang dicintai dan mencinta Allah dan Rasulnya….Abis tulisan yang diatas cool banget sich..

  29. kangBoed said

    Perjalanan Nabi Musa adalah suatu perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan dan cobaan suka duka pemberontakan dan banyak lagi. berkelana dari suatu negeri yang dipimpin oleh raja Firaun sebagai gambaran setan atau pun hawa nafsu negatif untuk menuju suatu negeri yang dijanjikan yaitu negara pencerahan. Satu perlambang perjalanan mencari jati diri sejati dimana firaun atau kesadaran bawah kita tidaklah tinggal diam begitu saja dia utus bala tentara nafsu negatif untuk terus terus dan terus mengejar perjalanan kita menuju kesejatian.
    terompah adalah alat untuk berjalan disini didunia yang penuh dualitas, kenapa harus ditanggalkan ya tanggalkan semua dualitas anda, kepemilikan, kekuatan, kemampuan, dan berjalanlah masuk sebagai diri sendiri yang hina papa lemah tak berdaya tak punya apa apa menghadap sebaik menghadap lahwalla walla quwwata
    Lembah yang suci didalam diri kita ada satu tempat yang suci yaitu tepat di dasar hati kita ada satu tempat untuk kita beribadah mengabdi sebenar benarnya pengabdian kepada Tuhan dan sayngnya kita semua telah lupa akan tempat itu apalagi kita pergunakan sebaik baiknya sembahyang disana mendirikan shallat zikrullah wah wah wah booootol kosong ngawur gimana caranya mo sembahyang dalam hati sendiri, biarlah Ruh kita masing masing terbangunkan dan mulai mendirikan shallat dan zikrullah di lembah yang suci, itulah hati yang hidup hidup karena rasa ingat jiwa yang tercerahkan karena kesadaran yang timbul dari dalam dirinya berakar kuat dengan tumbuhnya pohon tauhid dari dalam diri yang cabangnya menjulang sampai arasssy, he he he poohonnya setinggi apa yaa dasar botool… tapi asyik juga dengerinnya biasa botol kosong nyaring bunyinya kerjanya teriak teriak gak ada isinya, sumpehhlooo
    Perjalanan dari tanah kegelapan, negeri kesesatan ternyata untuk mencapai tanah pencerahan negeri terang haruslah melalui laut MATI woooow masa muusti mateee dulu, mati dalam hidup, mati sebelum mati… artinya kita harus menyeberangi lautan hawa nafsu, tapi kembali coba perhatikan lautan apakah yang paling dalam ternyata jawabannya balik lagi lautan dan samudera raya bisa kau ukur kedalamannya tetapi lautan hati manusia siapa yang bisa ukur siapa yang sanggup menyelaminya begituuuu dalamnya seakan jalan tak berujung setiap detik setiap menit setiap jam perubahannya siap yang tahu bahkan sang diripun tak pernah mengetahuinya bahkan tak sadar sedang dipermainkan dan diombang ambingkan oleh hatinya sendiri. sungguh dahsyat bagaimana caranya apa daya dan kekuatan sang diri untuk menyeberanginya apalagi untuk membelah lautan nafsu negatif ternyata kembali sang diri teeeteep tak sanggup alias tak berdaya upaya laahwalla walla quwwata hanya berserah, pasrah bongkokan hanya pertolongan dan anugerahNYA saja yang dapat menuntun kita untuk menyeberangi lautan nafsu tersebut untuk membelah lautan hati kita sehingga kita sampai di sana negeri kedamaian di sana tiada isak tangis dan tawa canda lagi yang ada hanyalah musyahadah penyaksian langsung dalam keheningan tiada kata yang bisa menggambarkan hanya bahasa ruh yang alirannya menenangkan setiap bagian tubuh kita menghidupkan setiap syaraf kita, bukan oleh kekuatan diri tetapi hanya oleh kepasrahan diri … he he botol kamu selalu sok teeuu cereeewet lagi ….
    Hukum taurat hukum paling sederhana gak usah cari jauh jauh tertanam dalam hati kita masing masing, sehingga orang yang maling mencuri ayaaaam tetap lari terbirit birit walaupun sudah enggak ada orang yang mengejarnya … tanya kenapa eh kenapa tanya karena hatinya tergetar menjerit ketakutan melanggar apa yang didalam hatinya… tapi kalo sekali dua kali kalo dah profesional gimana … yahh bablas kabeh dehhhhhh he he he
    Salam Sejati Saudaraku Mas PJ dan Mbak YUneee

    • @KangBoed dan @Gusdurahman

      Wa’alaikum Salam Wr,Wb

      Pengupasan Anda berdua tentang (QS : Thaahaa,11-14) sangat…..sangat…. mencerahkan sekali, dan yang pasti mudah di cerna dan difahami. Karena itulah SAya mengharapkan kepada Saudara2 yang mengerti dan memahami tentang Ayat tsb untuk berbagi Ilmu dengan Saudara2 yang lain, khusunya saya sendiri yang masih di dalam belajar. Dan ternyata dari sekian banyak Saudara2 kita yang telah menguraikan Makna di Balik Ayat tsb termasuk KangBoed dan Saudaraku Gusdurahman, dapat membuka mata hati kami2 khususnya Saya Sendiri dalam memaknai Hidup ini dengan memetik Hikmah dari apa2 yang telah Saudara2ku uraikan dalam Ayat tsb.

      Sungguh….! jika kita tela’ah dari uraian Ayat tsb di atas, yang di paparkan oleh saudara kita semuanya termasuk Saudaraku KangBOed dan Saudaraku Gusdurahman, bahwa kunci pembuka pintu Pertemuan dengan Ilahi Robbii adalah Penyerahan diri atau kepasrahan atau menyadari sesadar2nya bahwa diri ini dari dulu sampai sekarang dan sampai akan datang dari buka mata sampai tutup mata kembali tidak terlepas dari pada “Laa Hawla Wa Laa Quwwata……Illabillah”

      Sehingga bagi siapa2 yang telah menyerahkan diri sepenuhnya total 10.000.000% maka merekalah yang akan menjumpai Tuhannya. Tidak menunggu di Akhirat nanti bahkan di dunia pun ia telah berjumpa dan selalu serta dengan Tuhannya.

      Terimakasih ku ucapkan kepada Saudaraku KangBoed dan juga saudaraku Gusdurrahman, serta saudara2ku yang lain. Allah beserta kita dimana kita berada

  30. Gusdurahman said

    Ass,Wr.Wb.

    Mas PJ kita ketemu lagi di Blogmu, dan sungguh menyenangkan, he…he..he.. sungguh luar biasa kajian-kajian semua sahabat disini, dan aku rasa semua menuju kesatu titik yaitu mengenal Allah SWT/Tuhan yang Esa/ Sang hyang Hamurba Wisesa atau pun apa istilahnya.
    Mas PJ…!! dengan ketajaman mata batinmu, anda telah mencoba memberikan sesuatu yang baru mengenai hakekat dibalik tarjamah ayat di surat tersebut, dan aku yakin hal ini bukan suatu kebetulan, namun hanya bagi jiwa-jiwa yang telah tercerahkan saja yang mampu memahami apa yang tersirat di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga Mas PJ bisa membawa kajian yang luar biasa ini ‘tuk disajikan pada semua sahabat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sbb:

    1. Tentang Makna “tanggalkanlah kedua terompah”
    2. Tentang Makna lembah yang suci, “Thuwa”
    3. Tentang Makna “Pengabdian kepada Tuhan”
    4. Tentang Makna “mendirikan Sholat” dikaitkan dengan “Mengingat Tuhan”.

    Mas Pj… maafkan jika saudaramu ini, ikutan sumbang pemikiran dan apalagi salah dalam menakwilkan ayat tersebut dan aku bukan menterjemahkan lho…!!

    Syarat untuk masuk ke Gua suci/Thuwa untuk menemui Tuhannya, gak bisa dengan badan Jasmani tetapi Hanya dengan Badan jasmaninya yang sempurna akan mampu menjadi sarana untuk menghantarkan/memperjumpakan badan Rohani kepada Tuhannya.

    Kata terompah bisa diartikan sebagai bentuk keterikatan kepada dunia, he..he..he..apa saja termasuk pikirannya.

    So.. Untuk masuk kelembah Suci/Thuwa, ya tinggalkan semua bentuk keterikatan kita kepada selain Allah/Tuhan, ya…ya… bentuk kepasrahan total ” the O “, sehingga bersihlah Rohani kita dan setelah rohani kita suci akan mampu masuk ke gua yang suci juga, sehingga mampu berjumpa dengan Sang Maha Suci. Hem…m.. Suci ketemu Sang Maha Suci, ditempat yang Suci …… Nyambung dan setelah mampu bertemu dengan Tuhannya, he..he… tentu mampu juga untuk mengingatNYA. Mas PJ dan Sahabatku semua, apa kita mampu mengingat pacar kita( orang yang kita cinta), tanpa bertemu dulu ….?

    Nah setelah kita berjumpa, tentu mampu mengingatnya, dan setelah kita mampu mengingatNYA akan bisa dibawa di dalam Sholat, sehingga Al-Quran mengatakan ” wa aqimush sholata li dzikri = tegak kanlah sholat untuk mengingatku “. Cuma gimana cara untuk mensucikan Jiwa ini….? silahkan dibahas….

    salam….

  31. qarrobin said

    Lembar tersebut telah ditulis oleh Allah dengan petir dalam huruf runic satu per satu dan mereka diberikan kepada Musa. Allah memberitahu Musa ‘Here is the Valley of Tuwa, it is holy, take off your shoes and come so.’ Untuk mencegah dia dari mati ketika dia membawa nya. Anda tahu electricity. Sebuah lastic basah membunuh anda, tetapi jika sepatu Anda berasal dari felt, ia memenuhi tugas dari sebuah isolator untuk Anda.

    http://qarrobin.wordpress.com/2009/08/11/abu-shofian-dan-muhammad-sebuah-genealogi/

  32. sansabila said

    Salam salam kusus ma pj.

  33. truthseeker08 said

    Allah tidak memerintahkan Rasulullah SAW melepaskan terompah ketika mi’raj.

    Salam

  34. zen said

    zen berkata.
    assalamu alaikum sedulur urun rembuk / sumbang saran dalam pemahan sebuah kosa kata hendaknya secara kafah sehingga mengandung artikulasi yang jelas sehingga tidak ditafsirkan bermacam2 menjadi multi dimensi dan harus bersumber pada ahli tafsir sehingga tidak seperti ibarat beberapa orang buta yang ditanya soal gajah akan menyampaikan makna yang berbeda dan kembali pada saudara2 semua syah2 saja memaknai KEDUA TEROMPAH tapi kebenaran hanya milik ALLOOH sang maha tahu
    walaikum salam wbk

  35. ZAB said

    Perbedaan adalah rahmat sepanjang perbedaan tersebut untuk semata-semata hanya ingin mendapatkan kebenaran hakiki, kebenaran yang dapat menyatukan kita dalam nilai-nilai yang telah sebenar-benarnya dituntun Allah SWT…hanya ada 2 hal yang ahli dalam memberikan tafsir terhadap pengertian terompah yakni AlQuran dan Al Hadist dan tanyalah pada ahlinya.
    ZAB- PAPUA.

  36. Andrere said

    saya mau nanya donk…. :
    1. kenapa sie Allah memilih Musa saat itu? Tujuan Allah memanggil Musa apa ya? kog se simple itu ya?
    2. kenapa sie manusia yang harus bertanggung jawab atas dosa2nya kan Allah yang menciptakan manusia… kalau manusia jatuh dalam dosa bukannya Allah harus nya tahu ya? kog di biarin saja… jatuh dalam dosa…. trus tindakan Allah apa ya… kog kenapa manusia yang harus di bebankan sehingga harus melakukan banyak aturan dalam perintahNya.. kenapa tidak di buat simple…
    3. kenapa Allah menyuruh Jibril untuk mengatakan bersuara pelan di dekat telinga manusia pilihan, “Sesungguhnya pintu langit telah di buka, dan para Malaikat tengah berbaris menunggu sebuah kedatangan, bahkan pintu-pintu surga juga telah dilapangkan hingga terlihat para bidadari yang telah berhias menyongsong kehadiran yang paling ditunggu-tunggu”.

    • hambasahaja said

      Allah sama sekali tidak tega mengazab hambanya yang telah dengan susah payah diciptakan NYA sendirian, mulai Adam hinga ummat akhir jaman, namun sesungguhnya hamba itu senang menganiaya dirinya sendiri dengan melupakan “Perjanjian/Akad/Syahadad” dari “Tuhan-nya pada saat “awal penciptaan” manusia pertama “ADAM” hingga manusia yang “paling akhir” diciptakan, dengan ayat yang berbunyi : “Sesunguhnya Kami telah menunjukinya (Jabang Bayi, Cikal Calon Bayi/Anak/Orok/Embrio/) itu “Jalan yang Lurus(benar)” dan kemudian kami keluarkan mereka dari sana (Rahiem) untuk kami uji dengan “Perintah dan Larangan” dengan modal, yang KAMI, sertakan yaitu “Ruh,Jiwa dan Jasad”, maka jika mereka (jiwa-jiwa itu masih ingat akan “Perjanjian” itu maka mereka itu adalah “jiwa-jiwa yang tenang” Bukan jiwa-jiwa yang ngawur, penghasut, pembohong,pendusta,perampok, penipu, wes pokoke jiwa yg gak tenang itu sama dengan jaman Jahil (JIN), mucil ngawur karena mereka(jin) tidak kami lengkapi dengan “Ruh, dan Akal, serta Matahati”. dan mereka itu meminjam akalnya manusia untuk menimbulkan “Fitnah” dan terjadilah fitnah-fitnah yang sangat besar sekalipun yaitu “MEMBUNUH PARA “NABI-NABI” YANG MEMANG TIDAK DIBENARKAN” Oleh “ALLAH”, karena mereka itu (PARA NABI) adalah Kompas/Pandu?Pelita/Cahaya/Nur/ Bagi Kaumnya masing-masing kok malah di”Bantai” dan di”Bunuh” oleh Kaumnya sendiri…dan akhirnya dibuatlah Taqwil dan dalil bahwa you gak usah repot-repot beribadah seperti “orang /hamba-hamba yang bodoh” itu yang jengkang-jengkin tanpa makna yang penting duduk saja pasti disurga….demikian taqwil yang diciptakan oleh para penghasut itu dan yang “menjadi korban” yang nyata adalah kaum “AL-INSAN, MANUSIA, Manungso”, kami telah menurunkan Alkitab, Al-Qu’ran,Taurat, dengan merupakan sebuah “Alqoritma” untuk supaya Hambanya yang telah di ciptakan melalui 4 Anasir (sari pati bumi) ditambah “Jiwa dan Ruh/Kaweruh=Pengetahuan”, itu kembali kepadaKU seperti semula “Fitrah” yaitu awal Kejadian Diri”. dengan tidak meningalkan “bekas hitam” (sebesar jarah) karena itu akan KAMI perhitungkan karena sesunguhnya KAMI-lah yang lebih dan paling “Pinter” menghitung dari pada mahluk-mahkluk yang telah “ciptakan” (JIN, Malaikat dan Manusia)

  37. hambasahaja said

    “2 buah log batu” yang berisi 10 perintah Tuhan (Allah) kepada Musa…yang ayat pertama adalan “Akulah Tuhan Allahmu, Jangan ada Allah (Tuhan) lain dihadapan-KU” mungkin makna sama seperi “La Ilaha Illallah” “bilieve it or not”,

  38. hambasahaja said

    Hai muhammad sesunguhnya KAMI telah menurunkan Alquran itu kepada-MU dengan berangsur-angsur (Algoritma) mulai “Kakak Tertua” sampa Kepadamu(Rasulullah Muhammad SAW) ….demikianlah yang bisa diambil hikmah dan pelajaran dari kitab-kitab yang telah KAMI turunkan dengan cara mengunakan “AKAL dan MATAHATI (BATHIN)” Orang akhi jaman or Milenium, (kalau “Bizantium” udah lewat berabad yg lalu) dikenal dengan Kata “BERPIKIR DONG,Gunakan Akal dong tapi jangan “Ngakali Dong”, Gak ilo, kalau Ngakali itu sama dengan Ngapusi, dan kita ingat ada katanya akhirnya jaman akan muncul maklhuk yang suka “Ngapusi/Hapus” (Ter-hapus sebagian wajahnya). sekalinya mbahnya buyutnya yang suka ngapusi/membohongi yang datang……..serem….

  39. hambasahaja said

    Kamilah yang awal menurunkan Huruf/Kode/Simbol/Kripto/Script itu (Ibrani, Arom) (java script gak masuk karena java script cuma bahasa pemograman komputer aja yaitu 1 dan 0 ). supaya hambaku bisa membaca dan menulis dan bisa berkomunikasi satu dengan yang lain….

  40. sapto said

    “PERINTAH DAN LARANGAN”, yang paling Baik dan terbaik adalah Kanaliah apakah ini “Perintah” atau apakah ini “Larangan”, dan ternyata Perintah Sholat sudah diberikan dari “Adam sampai Muhammad” termasuk semua nabi didalamnya serta Ortu “mereka” seperti Ibu ISA AS, “Hai mariam Rukuk dan sujudlah engkau bersama orang-orang yang rukuk (Ruku dan sujud adalah terdapat dalam “SHOLAT”, Bukan “duduk manis”, dan tepuk tangan saja

  41. husni ali al palimbani said

    Menurut saya, maaf boss PJ terompah ya terompah aliaa sendal sepatu jaman nabi musa kala itu. Tanggalkanlah, ya ditanggalkan alias dilepas. Kenapa sih kita harus menafsirkannya atau menginterprestasikannya berdasarkan kajian akal pikiran kita. Kecuali kalau sdh ada penjelasannya melalui rasullullah. Pertanyaaanya, pada saat rasulullah menyampaikan wahyu ini, apakah para sahabat yang mendengarkannya menanyakqn hal yang sama seperri yg anda bahas. Atau apakah ada penjelasan rasulullah tentang menanggalkan terompah. Yahh. Spt kata Allah di surat Hud, bahwa al quran itu telah diturrunkan secara tersusin rapi, jelas dan terperinci. Salam.

Tinggalkan komentar