PENGEMBARA JIWA

(Menemukan Cahaya Abadi di dalam Lautan Tauhid dan Tasawuf)

TATKALA SEGALA RAHASIA TERUNGKAP (2)

Posted by pengembarajiwa pada Oktober 3, 2008

Perhatian dan Peringatan :

Tulisan ini diperuntukkan hanya bagi mereka-mereka yang telah tenggelam di lautan Samudra Ilmu Ma’rifat, baik melalui jalan Tariqat maupun melalui jalan Hakikat untuk memberikan pencerahan yang mengantarkan kepada sebenar-benarnya Allah Swt.

Sesungguhnya Ma’rifat itu dari segi Rububiyah bukanlah akhir dari perjalanan melainkan masih awal perjalanan.

Nb : Dipersilahkan untuk memberikan Komentar, Saran, kritik maupun pertanyaan, agar berguna bagi kita semuanya.

================================================================

Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a Karamallahu Wajhah berkata :

“Tidak Syah Sholat seseorang melainkan dengan Mengenal akan Allah”.


Di dalam perjalanan Ma’rifatullah/Mengenal akan Allah maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang Ma’rifat telah mengetahui yang mana sih…., diri yang harus di kenal itu.

Akan tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri banyak yang tidak menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya/diketahuinya itu masih sebatas Kulit dalam pandangan Arifbillah.

Kenapa demikian..? karena diri yang banyak diketahui oleh sebagian penuntut Ma’rifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya kepada orang yang diistimewakan dan diagungkannya.

Sedangkan Ma’rifat yang sebenarnya dan sesempurna-sesempurnanya adalah Ma’rifat yang Universal, tidak ada batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu saja.

Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Ma’rifat merujuk kepada Sumber Pengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah yang di sebut dengan “Nur Muhammad”, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka yang ber paham Ma’rifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu. Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya.

Rosulullah Saw bersabda :

“Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh-ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”.

Sabda Rosulullah Saw yang lain :

“Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.

Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian Alam termasuk pada diri sendiri.

Jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri Ustadz-ustadznya, Guru-gurunya, Syaikhnya ataupun Mursyidnya maka sesungguhnya ia masih terhijab oleh yang sesuatu yang dipandangnya.

Rumus dari pada Ma’rifatulah yang sebenarnya dan Universal itu adalah :

“Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah”.

(Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu).

Saya katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas pandanganya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas Kulit saja dari pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya.

Jika demikian!, bagaimana mungkin ia akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja (DARKATUL QUDRAT) ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya dari sesuatu selain Allah Swt (HAQQUL HAQIQI).

Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu dengan Allah (LIQO’) maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun. Jangan berhenti pada pandangan JAMALULLAH/ KEINDAHAN ALLAH maka niscaya engkau akan mabuk dan takjub di dalamnya.

Pandanganmu akan Hakikat Nur yang ada hanya pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam dan mabuk di dalam sifat JAMALULLAH/KEINDAHAN ALLAH.

Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan melalui EMPAT tahapan, yaitu :

JALALULLAH (Kebesaran dan Keagungan Allah)

JAMALULLAH (Keindahan Allah)

QOHARULLAH (Kekerasan/Kepastian Allah)

KAMALULLAH (Kesempurna’an Allah)

Untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tsb agar sampai kepada KAMALULLAH (KESEMPURNAAN ALLAH), maka wajib baginya Satu Pandangan yaitu Allah Swt tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad. Sedangkan Nur Muhammad itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri.

Sehingga yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murobbi adalah Nur Muhammad Rosulullah Saw sebagai pemegang Kunci Pintu Surga/MIFTAHUL JANNAH.

Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu Allah Swt, melalui Hakikat Nur Muhammad yang meliputi sekalian Alam maka tidak ada sebutan yang pantas baginya selain “ARIFBILLAH”.

Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi tentang Hakikat Nur Muhammad itu pada beberapa diri saja maka belumlah pantas baginya menyandang sebutan “ARIFBILLAH” melainkan mereka itu masih di sebut dengan orang yang berada pada “TARIKAT/Perjalanan” menuju kepada Allah.

Mursyid Murobbi tidak hanya ada pada satu diri

Melainkan Meliputi setiap “Kaun Maujudi”

Siapa yang sanggup mematikan Diri

Itulah Langkah Awal menuju Diri Sejati

Jangan tertipu dengan apa yang dipandang

Karena semuanya hanyalah bayang-bayang

Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang

Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang

Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal

Sebelum engkau mengerti JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL

Empat sifat yang maujud dan Nyata pada Nur-Nya

Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya

Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya

Lam Akhir kenyataan Asma’Nya

Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya

Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya

Pada Muhammad Rosulullah segala rahasianya

Sebagai inti dasar dari sekalian alam

Menjadi saksi kemaujudannya

Alif adalah jati diri Muhammad

Kaf itu adalah Ilmu Muhammad

Ba’ adalah Kelakuan Muhammad

Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad

Dari situlah Maha Agung Allah Ta’ala

Dalam keserba meliputan sekalian Alam

Allah dan Muhammad satu Rahasia

Menjadi Kalimah ALLAH dan AKBAR

Karena itulah Rosulullah bersabda

“Agungkanlah dan besarkanlah Kalimah Allah : Allahu Akbar…. Allahu Akbar…… Allahu Akbar Walillahil hamd”.

142 Tanggapan to “TATKALA SEGALA RAHASIA TERUNGKAP (2)”

  1. wawu ndombleh said

    badhare (HAMZAH) tumuju ing jantung (YA=YAKIN)

  2. asep said

    Ass, Wr. Wb.

    Eh…jumpa lagi. Nur Muhammad Saw, benar sekali apa yang dituliskan pengembarajiwa bahwa sesungguhnya Allah Swt sebelum menciptakan sesuatu, terlebih dahulu menciptakan nur/cahaya Muhammad Saw, sehingga memenuhi alam semesta sebagai hidayah petunjuk bagi yang menerima dan berhijrah menuju Allah Swt dan RasulNya. Tiada lagi kata yg terucap kecuali bersholawat kepada Rasulullah Saw ” Allah dan para malaikat bersholawat atasnya ” ( QS Al Ahzab : 56 ) ” Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta ” ( QS Al Anbiya : 107 )” Nuur faqo kulla Nuur /” Cahaya diatas semua cahaya “. Dengan Nur Muhammad Saw semua rahasia terungkap, do’a-do’a terkabulkan, dosa-dosa terampuni. Dialah sang kekasih Allah, yang syafaatnya dimohonkan, wahai Imam dua klibat, Imam di dunia dan akhirat.

    Wass. Wr. Wb.

  3. Wa’alaikum Salam Wr, Wb

    Semoga Nur Allah (Nur Muhammad) memancar dan meliputi mu zahir dan batin wahai saudaraku Asep

    Wassalam

    • ramaichals said

      alhamdulillaah…yaa Allaah, Engkau pertemukan kami disini…salam hormat @pengembara jiwa,

    • Ari Lukman said

      salam hormat tuan guru.sy yaqin tuan guru menyampaikan ini semua tak ingin di puji orang,karna ini semua adalah haq,tapi sy hawatir akan menimbulkan pitnah soalnya ini semua adalah pelajaran yg udah masuk ke inti,dan orang yg masih di tingkat dasar pasti akan mengatakan ini bukan dr islam ini dan itu,maaf sekedar masukan.

  4. GueSS said

    bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah.
    bacalah alam.
    Alam adalah bahasa kehidupan dan ilmu pengetahuan menjembatani untuk memberikan pengertian pada kita.

    kitab suci hinaku…
    tersari dalam bumi (harasy hati manusia hina)
    tesirat dalam tumbuh alami (tanda-tanda alam dunia)
    tersurat dalam makhluk (perilaku perbuatan mulia)

  5. Abuharat said

    @PJ
    Menurut ilmu Ma’rifat yg saya maksudkan disini ilmunya bukan ma’rifatnya.
    Menurut ilmu Ma’rifat sumua yg wujud yg kita lihat hanya Allah. Karena dari yg SATU menciptakan SATU dari yg SATU terjadi Allam semesta dgn isinya. Maka utk mencapai Awal Wahidah harus melalui yg SATU ciptaaNya.
    Saya inginmendapat penjelasan dari mas apakah mereka yg beragama DYNAMIS ata u ANIMIS atau mereka yg menganggap binatang atau pohon sebagai Tuhan termasuk SIRIK atau tdk. Sebab menurut ilmu Ma’rifat
    “Tidak ada yg kulihat hanya Allah”. berdasarkan logika dgn rumus matematika A=B maka pohon atau binatang tsb yg dilihat adalah Allah maka wajar bagi mereka yg utk menganggap pohon adalah Allah. Bagaiamana kira2 menurut mas? Wasalam

    • zal said

      Benar pandangan Mas Aburahat, dan benar pandangan Dynamis dan animis…, ada batas yang dikenali, Allah menyebutnya majelis…entah seperti apapun bentuknya Akan dicabut dan digantikan dengan yang lebih baik…wallahu a’lam…, tiada kafir kecuali dalam genggaman kehendakNYA..bahkan mereka tak akan menemukan manusia sebagai pemberi petunjuk..lantas siapa…siapakah gerangan…iblis..masa dia mau barang beginian…

      • @Mas Zal

        Kata2 Anda selalu menggetarkan Jiwa bagi para Salik, dan tentunya itu bermanfaat sekali bagi yang mau memikirkan dan merenungkannya….

        Terimakasih saudaraku atas pencerahannya………:wink:

  6. @Abuharat
    —————–
    Bagi pandangan orang Ma’rifat, itu telah benar tidak ada yang dipandang akan sesuatu apapun melainkan Allah lah yang meliputi.

    Akan tetapi bagi mereka yang bukan Arifbillah dan tidak mengetahui akan Hakiat sesuatu, yang mereka lihat kan pohonnya, batunya, patungnya, sehingga ke “percaya” annya hanya kepada bendanya, patungnya, pohonnya dsb. Sehingga kafir tetaplah kafir bagi mereka.

    Mereka yang mengerti akan meyakini bahwa, bukan pohon itu Allah, patung itu Allah dll. akan tetapi sesuatu apapun kesemuanya itu (dari pada Allah)

  7. akayr said

    Assalamu alaikum wr wb…

    PJ, mungkin saya salah satu yang tidak diperuntukkan dengan tulisan anda…Namun, Subhanallah ini merupakan tulisan kedua yang pernah saya baca, tentang Ilmu Ma’rifat.
    Semoga pemahaman tentang ALLAH, tertanam betul di hati kita, sehingga yang ada hanya Allah beserta sifatNya, af’alNya maka semuanya adalah Dia, denganNya, dariNya dan kepadaNya
    “laa hawla wa laa quwwata illaa billaah”

    Wassalam
    dari hamba ALLAH yang masih berjalan….

  8. @akayr

    Wa’alaikum Salam Wr,Wb

    Walau engkau mengatakan salah satu yang tidak diperuntukkan dengan tulisan saya….., Tetapi ketahuilah! Anda adalah Saudara saya, dan Saya senantiasa mendo’akan dalam kesendirian untuk saudara2 saya yang ada di Pondok ini termasuk Anda agar senantiasa di dalam Rahmat Kasih Sayang Allah dan mendapatkan Naungan Keselamatan serta berkumpul di dalam suatu Majlis bersama Rosulullah Saw, Ahlul Bait, Sahabat2 dan Umat2 yang setia.

    Wassalam

    dari yang lagi sedih melihat Umat berpecah belah dan mengharapkan keslamatan dan kebahagiaan bersama.

  9. Saya mau juga dong… di do’akan…..

    Amiin…Amiin…Amiin…

  10. @Mujahidahwanita
    ————————

    Anda ini ada2 saja……. Kan saya sudah berdo’a dengan kata2 di atas :

    Saya senantiasa mendo’akan dalam kesendirian untuk saudara2 saya yang ada di Pondok ini termasuk Anda agar senantiasa di dalam Rahmat Kasih Sayang Allah dan mendapatkan Naungan Keselamatan serta berkumpul di dalam suatu Majlis bersama Rosulullah Saw, Ahlul Bait, Sahabat2 dan Umat2 yang setia.

    Berarti juga termasuk Saya dan kita semuanya………

  11. asep said

    @pengembrajiwa

    Mas, kalo posting tasawuf bukan bid’ah diedit ? kenapa ?

  12. Maksud Komentar Anda bagaimana Mas Asep?

    Tolong diperjelas, jadi saya mengerti maksud komentar anda ini.

    Ma’af ya…..

  13. asep said

    Begini mas, mas pernah menulis judul posting Tasawuf Bukan Bid’ah. Apakah di edit ?

  14. Aburahat said

    @PJ
    Mas, saya bkn bertanya ttg MA’RIFAT. pertanyaan saya adalah ILMUnya. Klu seseorang tlh ma’rifat sesuai ketentuan ketentuan agama Islam itu sesuai dgn yg mas jelaskan. Baiklah, saya ingin bertanya pula apakah orang yg bukan beragama islam yg dibawah oleh Rasulullah tdk mungkin mengenal Allah? Wasalam

  15. @Asep
    ———–

    Mas Asep, saya tidak pernah mengedit Postingan yang berjudul “Tasawuf dan Bid’ah”.

    @Aburahat
    —————-
    Maksud Anda Ilmu dan Ma’rifat itu berbeda? Begitukan?

    Di dalam pengembaraan yang saya jalani… bahwa Orang2 yang di luar Islam, Ia bisa saja menuju kepada Tuhan Pemilik seru sekalain Alam dalam Ilmu yang di ketahuinya. Akan tetapi setelah ia mengetahui dengan sebenar2nya pengetahuan, maka ia akan kembali kepada jalan yang lurus yaitu jalan yang berdasarkan “LAA ILAA HA ILLALLAH MUHAMMADURROSULULLAH” (Artinya jika Ia telah sampai kepada Allah, maka pastilah Allah akan membimbing ia kepada 2 Kalimah Syahadat/Islam)

    • zal said

      Mas PJ, mungkin yang termaksud Ilmu disini oleh Mas Aburahat, mungkin apa yg Mas PJ kenali sebagai pengetahuan,
      mohon maaf Mas Aburahat, apa yang terfahamkan di saya bahwa Ilmu itu adalah jika pengetahuan itu telah dibalut dengan keyakinan, karena yang diyakini itu telah membuktikan kedudukannya. bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta…

  16. hinakelana said

    @Aburahat

    salam kenal…semoga anda selalu dalam naungan RidhoNya

    Allah menciptakan manusia, agar manusia kembali kepadaNya dengan Iman dan Taqwa, sesungguhnya Insya Allah Agama2 Nya diturunkan sesuai dengan perkembangan evolusi manusia dalam Ruang waktunya bumi Allah, sampai tiba saatnya diturunkannya Risalah Kalamullah yang dijaga dari apapun yang mencoba mencemarinya mengubahnya, Insya Allah Kitabullah kita Akan sama Abadinya dengan kebaqaanNya, saya pernah berimajinasi kalo bisa bukan catatan amal yang saya terima entah tangan kanan atau kiri tapi Kitabullah Alquran lalu saya memeluknya erat-erat sambil bermohon kepada Allah Agar stlah ajal menjemput saya diijinkan tetap sholat fardu yang selaras dengan ruang dan waktu dimana saya dikubur, begitu juga di akheratnya baik disorga ataupun dineraka slalu Sholat, Ingin sekali saya sholat dihadapan WajahNya Yang Maha Mulia seMulia-MuliaNya walau pun hanya 1 x aja disana diakherat….. dengan Imam Rosulullah saw…

  17. Aburahat said

    @JP
    Terima kasih atas penjelasannya. Yg saya maksud Ilmu adalah makna makrifat sdangkan makrifat adalah pengenalan yg telah kita miliki apakah itu berdasarkan pengembaraan kita atau ilmu LADUNI.
    Tapi terima kasih bahwa dgn penjelasan anda maka apa yg saya kehendaki sdh terjawab. Insya Allah kita sama2 selalu mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah Maha Pencipta dan dgn segala sifatNya yg Agung. Amin

    @Hinakelana
    Selamat berkenalan juga. Mungkin saya ingin bertanya sedikit atas penjelasan anda yg berbunyi: ” Allah menciptakan manusia, agar manusia kembali kepadaNya dengan Iman dan Taqwa,” Apa maksud anda kembali dgn Iman dan Taqwa. Sebab menurut saya, saya ingin kembali dgn kecintaan pd Allah dan dicintai oleh Allah.
    Kemudian anda berkata:” sesungguhnya Insya Allah Agama2 Nya diturunkan sesuai dengan perkembangan evolusi manusia dalam Ruang waktunya bumi Allah, sampai tiba saatnya diturunkannya Risalah Kalamullah.” Menurut saya agama Allah cuma SATU yakni Islam sejak Allah menciptakan Alam semesta ini dgn segala isinya. Kemudian imijinasi anda tentang bershalat di surga. Menurut saya klu kita masuk surga tdk ada lagi beban dan perintah. Maka disurga tdk ada shalat. Saya rasa lbh nikmat memandang wajah Rasul dari pd berada dibelakang Rasul. Wasalam

  18. gamma said

    wah yang benar..kalian ini edan semua ya…masa iya sih…

  19. Saudaraku semuanya…..
    ———————————

    Assalamu’alaikum Wr,Wb

    Akhirnya…. Saya kembali lagi untuk menemani Anda semuanya di Pondok PJ.

    Ma’afkan Saya!, dalam beberapa hari kemarin, saya sedang ada urusan di Kota Jakarta dan Surabaya sehingga tidak sempat untuk membuka Blog Pengembara Jiwa apalagi untuk membalas Komentar.

    Saat ini saya sudah berada lagi di Daerah tempat saya tinggal, dan akan menemani Saudaraku2 semuanya…..

    Mohon Ma’af dengan sangat…….!!!!!!

    Wassalamu’alaikum Wr,Wb

  20. Siliwangi said

    Jalan ma’rifat adalah jalan yang berliku karena penuh dgn tipudaya…salah dalam memahami akan fatal akibatnya karena menyangkut zat Allah sifat Allah dan A’fal Allah. Semoga kita semua selalu berada didalam lindunganNya . Untuk pengembara iman mohon d jelaskan apa arti tasjid muhammad , hakekat tasjid muhammad dan d manakah posisi tasjid muhammad yang berada d badan atau d manakah posisi huruf alif berdiri d badan kita ? Salam kenal dari saudaramu yg bodoh ini…

  21. @Siliwangi
    —————-

    Jalan ma’rifat adalah jalan yang berliku karena penuh dgn tipudaya…salah dalam memahami akan fatal akibatnya karena menyangkut zat Allah sifat Allah dan A’fal Allah. Semoga kita semua selalu berada didalam lindunganNya .

    Untuk hal mengenai Tasjid saya rasa anda lebih paham dan mengerti

    Wassalam

  22. @Aburahat

    Assalamualaikum wr. wb.

    Salam damai penuh kebahagian pada anda

    menurut saya iman mengantarkan diri kita kepada cahaya ilmul yakin, ilmul yakin mengantar kepada syariattullah, syariatullah mengantar kepada makrifat, makrifat mengantar kita kesamudra mahabahNya, Mahabah mengantar kepada Taqwa…

    Dzunnun al-Mishri pernah pengatakan “taqwa adalah orang yang tidak mengotori jiwa lahir dengan hal-hal yang bertentangan dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial. Dalam kondisi demikian, orang itu akan mengadakan kontak dengan Allah dan dapat berinteraksi sosial…”

    Orang yang bertaqwa adalah orang yang taat dimana saja kapan saja akan terus mengabdi. Jika Allah melarang sesuatu maka dengan hati ikhlas ia meninggalkannya. Dengan hati penuh kegembiraan, ia akan menjauhinya.Hatinya akan bersedih kalau ia terlanjur melakukan larangan Allah.
    Ketaatan dalam melaksanakan perintah merupakan suatu kesenangan dan kegembiraan penuh cinta (mahabah) ia selalu rindu untuk menunaikan perintah2Nya.Orang yang bertaqwa selalu rindu danc cenderung ingin selalu berbuat kebajikan….
    “Kampung Akherat lebih baik bagi orang2 bertaqwa, apakah kaumu sekalian tidak berpikir” (QS. Al-An’am 32)

    Mengenai imajinasi, itu hanya sekedar imajinasi saya saja, boleh bonk menginginkan walau hanya 1 x aja menjadi makmunnya Baginda Rasulullah saw… bersama2 dengan beliau sholat dihadapan wajah zhahirNya Allah.
    Tentunya memandang wajah Rasulullah juga menjadi idaman saya

    Wassalam

    Thanks berat atas kritik anda

  23. asep said

    @Hina Kelana

    Salam
    Anda mengatakan Mahabah mengantar kepada Taqwa, sepertinya terbalik harusnya Taqwa mengantar kepada Mahabah. Karena Taqwa merupakan ikhtiar manusia untuk mencapai Mahabah.
    Wasalam

    • Hamba Allah said

      Salam semuanya

      Sebenarnya kalo sudah bermakrifat itu sudah tdk ada perbedaan kata / kalimah mahabba dan taqwa , karena orang yg bertaqwa itu karena mahabba kpd Tuhan , dan orang yg mahabbah itu pasti akan bertaqwa . karena taqwa dan mahabah itu adalah satu arti yg tdk bisa di pisahkan, cuman perbedaan kata saja.

      tdk mgkin seseorang itu dikatakan cinta klo tdk taqwa
      dan tdk mgkin seseorang itu dikatakan taqwa klo tdk cinta kpd Allah.

      salam

  24. aburahat said

    @Asep
    Saya juga sepaham dengan mas. Orang yang bertaqwa tdk ada perintah lagi baginya. Walaupun dia bebas dari perintah dan larangan tapi belum tentu mencapai cinta yg se-benar2nya. Pada waktu Rasul mi’raj dan Allah mengatakan/memanggil Rasul dengan HAMBa. Kontan Rasul mengucapakan ALLAHU AKBAR. Ini menurut para mufasir. Rasul bangga dgn ucapan ini karena cinta beliau pada Allah. Wasalam

  25. @Asep..

    Salam Ceria…sepenuh hati..

    Tau niih bagi saya semuanya serba terbolak-balik, saya lagi menolkan diri saya kembali Insya Allah lagi belajar lupa…Anda Benar…Insya Allah..

    Bagi saya cinta kepada Alah dan RasulNya akan mengantarkan diri kepada Ketaqwaan..
    Bukankah kalau cinta/mahabah yang ada adalah kenikmatan kebahagian slalu bersamaNya, Bagaimana kalau Allah menguji keimanan kita seandainya kenikmatan & Kebahagian itu dicabut oleh Allah, Apakah kita akan tetap istiqomah dijalanNya…, Bukankah ada dalam FirmanNya dan dalam Hadist : Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertaqwa….

    Perbedaan pendapat Alhamdulillah adalah rahmat….

  26. Hamba…Mu mabuk begitu, tak mampu menbedakannya…
    diantara adam dan hawa pemajikannya mabuk2 begitu mabuk….

    mabuk2 wahai kawan dalam lautan yang berombak disamudera keriangan …
    tak masuk akal dan otak, hamba-Mu mabuk begitu tak mampu menbedakannya,
    mabuk mabuk begitu mabuk
    tak ku tahu yang diatas maupun yang dibawah juga…
    Lewat dunia yang terbatas, hal yang ini tak terduga….

    HambaMu mabuk begitu…, tak mampu membedakannya..
    mabuk2 begitu mabuk, mana barat mana timur…
    atau kidul dari utara…,
    hal yang ini memang luhur tengelam dilaut asmara
    tak bisa ku memampangkan hal yang memang tidak ada dalam dunia ini… kawan dengan ucapan dan kata
    Hamba-Mu mabuk begitu…

  27. asep said

    @Hina Kelana

    Makanya jangan mabuk sehingga melupakan yg ringan pengertiannya.
    Taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Berarti taqwa adalah ikhtiar manusia terhadap Allah Swt. Dengan taqwa maka dengan sendirinya mahabah Allah Swt dapat diraih.

    Baiklah kita bahas dari awal yg anda katakan adalah:

    menurut saya iman mengantarkan diri kita kepada cahaya ilmul yakin, ilmul yakin mengantar kepada syariattullah, syariatullah mengantar kepada makrifat, makrifat mengantar kita kesamudra mahabahNya, Mahabah mengantar kepada Taqwa…
    ———-
    Iman adalah meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan.
    Berarti ilmu yakin termasuk kedalam iman.
    Ilmu adalah segala usaha manusia untuk mengetahui segala sesuatu.
    Syariat adalah segala ketentuan Allah Swt yg ada dalam Al Qur’an dan hadist Nabi Saw.
    Berarti syariat termasuk kedalam taqwa.
    Makrifat adalah pengenalan terhadap Allah Swt.

    Kalo diurut berarti ilmu mengantar kepada syariat kemudian kepada iman, kemudian kepada taqwa, kemudian kepada ma’rifat, kemudian kepada mahabah. Ah, saya jadi bingung nih, tolong dibenarkan lagi!

  28. Hinakelana said

    @Asep…

    Mau dibolak-balik apapun baik itu mahabah mengantar pada Taqwa or taqwa mengantar kita pada mahabah….itu udah ga begitu jadi masalah yang penting tujuannya samakan…anda menganggap mahabah sebagai maqam terakhir, saya menganggap Taqwa juga yang terakhir..juga ada yang bilang mahabah dulu baru makrifat…apapun itu adalah berdasarkan pengalaman spritual individual, jelas rasanya berbeda2, yang kita bicarakan adalah soal rasa, kalau boleh saya bertanya kalau sudah mahabah lalu kemana lagi pasti baliknya keawal lagi, saya lagi balikin semua pengetahuan saya rasa hati keawal lagi muslim (orang yg berserah dirikepada Allah) aja dulu belum mukmin apalagi ke mahabah lagi wuuuiii saya masih jauh… perasaan saya dimatikan olehNya selama 22 tahun… kan saya baru merdeka berkat doa yg tulus dari owner pondokan ini..
    Saya sanggap berharap dapat menjadi taqwa dulu…
    Maklumi aja deh baru back dari kegelapan mana yang teramat kelam (saya udah ceritain ama ayahanda PJ lewat media email)

    Wassalam…

  29. Hinakelana said

    @Asep & aburahat

    Saya juga jadi bingung anda berdua benar sekali…saya yang tulalit…
    Gimana kalau kita minta masukan dari Sang PJ….
    Abah PJ…tolong dong niih kami jadi bingung sendiri…

  30. Siliwangi said

    🙂 🙂 😉 d jalan ma’rifat ada istilah orang yang taqwa belum tentu benar akan tetapi orang yang benar sudah tentulah orang yg bertaqwa. Maka yang d cari oleh orang2x ma’rifat adalah kebenaran yang sejati karena ada istilah benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah , salah menurut kita belum tentu salah menurut Allah…dan kebenaran yang sejati adalah benar menurut kita harus benar pula menurut Allah. Semoga Al Adzim berkenan mencurahkan ilmu pengetahuan-Nya yang luas kedalan hati sanubari kita semua..Amin..

  31. aburahat said

    @Hinakelana.
    Saya rasa tak perlu dipersoalkan mana duluan antara taqwa dan cinta atau mana yg utama. Masing2 mempunyai cara mengenal Allah. Dan Allah tdk membedakan hambanya dlm mengenalNya. Semua tergantung pada Qalb kita. Jadi semua benar. Terkecuali kita mengadakan diskusi. Maka saya dan mas Asep membawa argumennya yg mengatakan cinta adalah tingkat terakhir pengenalan pada Allah dan Mas membawa argumentasi mas bahwa tingkat terakhir adalah taqwa. Damai damai. Wasalam

  32. @Hinakelana, @Asep, @Aburahat

    Allahumma innii as’aluka bi haqqi bismillahirrohmaanirrohiim wa bi barkati bismillahirrohmanirrohiim wa bi karomati bismillahirrohmaanirrohiim wa bi mu’jizati bismillahirrohmaanirrohiim wa bi manzillati bismillahirrohmaanirrohiim wa bi syafa’ati bismillahirrohmaanirrohiim… wa laa hawla wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil adziim.

    Saudara2ku….. yang berada dalam naungan rahmat dan kasih sayang Allah…..

    Sungguh…, Allah sangat ridho kepada orang2 yang berdiskusi tentang Ilmu. Khususnya Ilmu Agama dan terlebih khusus lagi mereka yang berdiskusi tentang Ilmu Ma’rifatullah wa Mahabbatullah.

    Saudaraku……

    Jika kita simak dari pada ke ilmuan apakah itu mengenai Syari’at, Tarikat maupun Hakikat dan Ma’rifat jelas sekali ada perbedaan. Begitu pula jika simak tentang Iman, Taqwa maupun Mahabbah seolah2 ada tingkatan di dalamnya.

    Akan tetapi coba kita renungkan lebih dalam dan kita tela’ah lebih teliti bahwa sesungguhnya Ilmu Allah Ta’ala sangat luas sekali…. tidak ada tepinya. Jika Ilmu yang menjadi tuntutan kita untuk mendapatkan kebahagiaan sejati Dunia dan Akhirat, maka sudah pasti akan senantiasa merasakan haus…haus…. dan haus…. tidak akan merasa cukup dengan seteguk dua teguk Ilmu yang berada dalam cawan Ma’rifat.

    Semua apapun yang dikatakan apakah itu Syari’at, Tarikat, Hakikat, Ma’rifat, Fiqih, Iman, Taqwa, Mahabbah dll….dll…..dll….itu semua adalah bagian dari pada Ilmu Allah Ta’ala yang Maha Luas.

    Tujulah yang memiliki Ilmu, maka pastilah akan di dapatkan kedamaian dan ketenangan. Pandanglah yang memiliki Ilmu maka akan di dapatkan Mahabbah, Taqwa, Ihsan, Iman, dan Islam. Dan yang terlebih penting lagi ialah…., tatkala seseorang itu baginya Hanya Sang Pemilik Ilmu semata2 dalam penglihatannya dalam pendengarannya dalam perkataannya dalam gerak dan diamnya dan dalam rasanya, maka tidak ada perbedaan di dalam Syari’at, Tarikat, Hakikat, Ma’rifat, Ilmu, Islam, Iman, Ihsan, Taqwa, Mahabbah dll.

    Sang Pemilik Ilmu itulah Kebenaran Sejati yang hanya kepadanyalah kita berserah diri. Jika seseorang sudah berserah diri maka SAng Pemilik Ilmu akan memakaikan “Jubah” ke ikhlasan, kesabaran, tawakkal, dan ridho padanya. Sehingga baginya Ilmu yang berkaitan tentang jalan menuju kepada-Nya tidak menjadikannya pusing, bingung, gundah, resah dll. Karena Jalan menuju kepada-Nya sangatlah tidak bisa terhitung dengan bilangan jari.

    Mereka yang telah bertemu dengan Sang Pemilik Ilmu (Kebenaran Sejati) itu, mereka disebut juga orang yang beriman, dia juga disebut juga orang yang bertaqwa, dan dia juga disebut dengan orang Muhibbin (Mahabbah).

    Dan itulah kurang lebihnya yang di sampaikan juga oleh saudara kita @Siliwangi

    Semoga apapun rupa dan banyaknya Ilmu Allah Ta’ala tidak membuat kita lupa kepada Sang Pemilik Ilmu. Sehingga bukan kita yang dikendalikan oleh Ilmu melainkan kitalah yang mengendalikan Ilmu dengan se izin Allah Swt. Aaamiiin………

  33. asep said

    @semuanya

    Alhamdulillah…Insya Allah benar apa yg dikatakan oleh mas PJ.
    Ada filsafat yg mengatakan tak kenal maka tak cinta. Berarti sebelum mencintai harus mengenal dulu siapa yg kita cintai. Untuk mengenal harus didahului dengan ikhtiar. Dalam ikhtiar kita diwajibkan mencari ilmu.
    Apabila ilmu dikendalikan dengan akhlak, iman, taqwa, qona’ah, tawadhu, ridho, ikhlas dll yg dilandasi kepasrahan total kepada ketentuan Allah Swt. Maka hati/qalbu akan selalu disinari dengan cahaya Allah Swt yg membawa kepada cintanya (mahabahnya) Allah Swt.
    Insya Allah benar apa yg dikatakan mas Aburahat:
    Dan Allah tdk membedakan hambanya dlm mengenalNya. Semua tergantung pada Qalb kita. Jadi semua benar.

    Wasalam

  34. Assalamualaikum..

    Waaah seru sekali diskusi tentang mana maqam yang paling akhir…kan hakikatnya ilmu Allah itu tidak ada akhirnya….

    Ketiganya Insya Allah adalah benar mau taqwa kek, mahabah kek atau makrifat yang penting adalah hati kita yang tau kadarnya rasa keimanan masing2, pasti dong tiap manusia lain2 rasanya tidak ada yang sama yang mengetahui yaaa meooong hanya Allah Ta’ala

    Wasalam

    Meong…meong ada ikan asin ga…

  35. hinakelana said

    Assalamualaikum..wr.wb.

    Segala puji Hanya Bagi Allah Tuhan segala sesuatu…..

    Saya minta maaf setulus2nya kepada sahabat2 tecinta semuanya sehingga terjadi polemik, mudah2an Insya Allah….saya akan memperbaiki diri untuk menuju ke..keridhaanNya

    @Asep, aburahat, siliwangi, mas pj dan kucing hitam Thanks berat atas masukannya..

  36. CaCuk said

    Peace…Peace…damai deh hati saya setelah mendalami, mengkaji, memahami apa yang ada dalam majlie Ilmu ini….
    Salam Damai untuk Kita semua…

    Yang penting MERDEKA dulu aja deh

  37. Saudaraku semuanya…..

    Allah memberkati kita semua……………..

    Mari kita berjabatan tangan (maksudnya mengucapkan 2 Kalimah Sayahdat dalam hati), dengan sepenuh penghayatan sebagai rasa syukur kita kepada Allah Swt dan sebagai rasa syukur kita kepada Rosulullah Saw.

    Dan rasakanlah kehidupan yang ada pada diri, lalu ucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar….

    Ketahuilah bahwa dengan apa yang akan kita lakukan ini, maka Allah Swt dan Rosul-Nya akan menyaksikan diri kita bahwa kita telah berserah diri kepada-Nya.

    Insya Allah……………….

    Aamiin.

  38. Muhammad Dzunnun Al-Mustafa said

    Assalamualaikum wr.wb.

    – Alhamdulillah, jika melihat tulisan diatas saya yakin mas salah satu dari golongan hamba2 Allah yg “SEDIKIT ITU (Orang2 yg mengenali Allah)”.

    – Mohon maaf, saya hanya ingin tanya “PERJALANAN AKHIR” anda bagaimana? saya pernah dengar orang2
    tua kami disini (BUGIS) mengatakan bahwa “KEBENARAN ITU DIAKHIR AKHIR PERJALANAN HIDUP” apakah
    disinilah dikatakan (Jihadu fillah = jihad karena Allah), apakah dicabut atau dijemput.

    – Saya juga pernah dengar seorang ulama sufi mengatakan bahwa “AKU tidak akan menyerahkan nyawaku kalau hanya sebutir peluru yang Allah utus untuk menjemputku ataupun malaikat maut”

    – mohon dikajikan dan dikirimkan ke email : mienk_78@yahoo.co.id
    – terimakasih
    – wassalam

  39. @Muhammad Dzunnun Al-Mustafa

    Insya Allah saya akan tulis ke E-mail Anda. Sabar ya……

    Dan selamat datang di Pondok PJ (Pengembara Jiwa) serta salam kenal dalam cinta kasih Allah dan Rosul-Nya

    Wassalam

    Pengembara Jiwa

    • andi akbar said

      assalamualaikum ,,,,,para guru, di pondok PJ,, salam kenal dalam cinta kasih Allah dan Rosulnya..
      kirim juga di email saya guru (andi.akbar133@gmail.com)

  40. hinakelana said

    Assalamualaikum wr. wb.

    Bismillah…

    Arti TAQWA Yang Sebenarnya
    firman:
    “Jika penduduk suatu negeri beriman dan berTaqwa, Kami akan bukakan berkah dari langit dan bumi” (Al A’raf : 96)
    “ALLAH menjadi pembela (pembantu) bagi orang yang berTaqwa” (Al Jatsiyah: 19)
    “Akan Aku wariskan bumi ini kepada orang-orang yang sholeh (berTaqwa)” (Al Anbiya: 105)

    Kejayaan suatu bangsa yang kejayaan tersebut bersifat selamat dan menyelamatkan tidak akan bisa diraih kecuali melaui jalan Taqwa. Bila melalui jalan selain
    Taqwa maka akan lahir berbagai macam kerusakan di muka bumi. Sebagaimana telah ALLAH firmankan: “Telah tampak kerusakan di darat dan di bumi di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar Rum : 41)

    Bangsa yang berTaqwa tentulah masyarakatnya adalah masyarakat yang berTaqwa. Masyarakat yang berTaqwa tidak mungkin terwujud tanpa terwujudnya keluarga-keluarga yang berTaqwa. Dan keluarga-keluarga yang berTaqwa tentu mustahil terwujud bila insaniah dalam keluarga tidak berTaqwa. Artinya, supaya bangsa ini bangkit dan mendapat kejayaan, insan bangsa ini perlu dibina dan dididik menjadi orang yang berTaqwa. Apa sebenarnya Taqwa itu? Mengapa bila disebut kata Taqwa, kita sudah tidak merasakan apa-apa lagi? Mengapa kata Taqwa tidak lagi berkesan pada jiwa kita padahal setiap khutbah Jumat khatib selalu mewasiatkan Taqwa? Mengapa Taqwa ini seperti dipinggirkan, padahal Taqwa ini adalah kunci kemenangan dan kejayaan umat Islam di dunia dan akhirat.

    Hari ini, sudah entah berapa tahun berlalu semenjak kejatuhan khilafah Islam. Artinya, jauh sebelum kejatuhan secara resmi tersebut, umat Islam sudah lama menjadi lemah. Umat Islam telah terserang penyakit cinta dunia dan takut akan kematian. Fakta sejarah ini jelas telah menunjukkan kepada kita bahwa sudah lama umat Islam ini kehilangan sifat Taqwa. Sehingga kebanyakan orang tidak lagi paham apa sebenarnya Taqwa. Walaupun Taqwa selalu disebut tetapi ilmu tentang Taqwa tidak pernah diajarkan. Jalan untuk mendapatkan Taqwa tidak pernah diberitahu. Syarat-syarat dan rukun-rukun Taqwa juga tidak pernah lagi dinyatakan. Wajarlah jika kemudian bagi sebagian orang, perkataan Taqwa tidak ada arti apa-apa lagi karena kebanyakan orang sudah tidak paham.

    Taqwa bukan sekedar melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan ALLAH. Orang melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan tidak selalu berdasarkan Taqwa. Mereka taat mungkin karena ada sebab lain seperti menginginkan upah, ingin dipuji, dan ingin pengaruh. Mereka juga meninggalkan yang dilarang bisa karena ingin menjaga nama baik, takut dihukum, takut dihina,dan takut diasingkan. Begitulah arti Taqwa telah disalahartikan. Maksud dari Taqwa telah disempitkan.

    Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. Hujahnya adalah Al Quran At Tahrim ayat 6 yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara kamu dan kelurgamu dari api neraka”. Dalam Al Quran, ALLAH sering menyeru dengan kalimat ittaqu atau yattaqi. Tambahan huruf pada asal kata waqa membawa perubahan makna. Di sini ittaqullah mempunyai maksud hendaklah kamu mengambil ALLAH sebagai pemelihara /benteng/pelindung. Yaitu hendaklah jadikan Tuhan itu pelindung. Jadikan Tuhan itu benteng. Bila sudah berada dalam perlindungan, kubu atau benteng Tuhan maka perkara yang negatif dan berbahaya tidak akan masuk atau tembus. Artinya jadikanlah Tuhan itu dinding dari segala kejahatan.

    Orang yang berTaqwa adalah orang yang luar biasa disebabkan dia adalah manusia yang sudah bersifat malaikat. Dia sudah menjadi orang Tuhan. Sebab itulah dia dibantu dan dibela oleh Tuhan. Dan hanya orang berTaqwalah yang akan selamat dunia akhirat.

  41. Assalamu…alaaaaaaikummmm w..r..w..b

    Wakakakaka Apaaaaa kaaaaaabarrrnyaaa sahabat2 terciin…..cincin kawiiin ilanghg dimana lo…….eh tercintaaa deh, masssa tercintaaa iya dooong kedondong bijinya banyaaak duriii nyaa
    ikutan aaaaaahh
    SAUDARAKU, terbukanya hijab (sekat pembatas) antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, semua yang kita alami hanyalah nikmat belaka. Betapa tidak, dalam setiap kondisi, kita akan merasakan kehadiran Allah Azza wa Jalla. Lebih jauh lagi, kita akan ‘melihat’ Allah dalam setiap kejadian. Inilah keindahan tak bertepi.

    Pantas bila Rasulullah SAW mengungkapkan keheranannya terhadap orang-orang Mukmin, orang yang telah terbuka hijabnya. Sebab semua yang dialaminya selalu berbuah kebaikan. Diberi kenikmatan ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Demikian pula ketika ia diberi ujian, ia bersabar, dan sabar adalah kebaikan baginya. Dengan sabar ia pun bisa lebih dekat lagi dengan Allah.

    Orang yang telah makrifat dan terbuka hijabnya, hatinya dipenuhi keyakinan bahwa Allah akan selalu menolong. Lihatlah bagaimana ketika Da’tsur menodongkan pedang ke leher Rasulullah SAW. Wahai Muhammad, siapakah yang akan menolongmu sekarang? Dengan sangat yakin beliau menjawab, Allah! Seketika itu pula Da’tsur bergetar. Pedangnya langsung terjatuh. Rasulullah, dengan izin Allah, mampu melakukan hal tersebut, karena beliau tidak ada lagi hijab dengan Allah. Keyakinannya mendatangkan pertolongan Allah. Kata-katanya powerful dan sangat berbobot.

    Ciri khas orang yang telah makrifat adalah lebih fokus pada dalang dari pada wayang. Hatinya akan lebih tertambat pada Allah daripada kepada makhluk. Boleh jadi penglihatannya sama dengan orang lain. Namun ada nilai plus dari penglihatannya tersebut. Melihat uang misalnya. Orang yang hatinya terhijab dari Allah, melihat uang hanya dari bendanya saja, bahkan bagaimana dengan uang tersebut syahwatnya terpuaskan. Tidak demikian dengan orang yang ma’rifat, hadirnya uang identik dengan hadir syukur. Hadirnya uang identik dengan keinginan menggebu untuk semakin dekat dengan Allah. Tak heran, dengan ma’rifat, puncak-puncak kemuliaan akhlak akan menjadi bagian dari diri.

    Orang-orang makrifat itu jumlahnya sangat sedikit. Mereka bisa datang dari kalangan mana saja, tidak harus dari kalangan ulama. Bisa seorang tukang sapu, pegawai rendahan, pedagang, pejabat, dsb. Cirinya sangat kentara, mereka sangat Allah oriented.

    Saudaraku, sesungguhnya kita memiliki kesempatan yang amat besar untuk semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat lagi dengan Allah. Seharusnya kehidupan kita semakin sarat dengan ibadah agar tingkat makrifat kita semakin tinggi. Tiap orang memang memiliki hijab berbeda-beda. Ada yang terhijab karena harta. Cirinya ia sangat takut kehilangan harta, hati dan pikirannya hanya disibukkan harta. Latihan menyingkapnya adalah dengan banyak memberi, usahakan memberi
    apa yang disenangi.

    Ada pula yang terhijab oleh kedudukan. Cirinya bangga terhadap kedudukan yang disandang dan sangat takut kehilangan. Maka cara membukanya adalah menanamkan keyakinan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Imam Al Ghazali mencontohkan. Saat
    sedang berada di puncak karier, tidak segan-segan ia mengambil sampah, membawakan barang-barang di pasar, dan sebagainya. Sesuatu yang dianggap orang pekerjaan hina.

    Ada pula yang hijabnya kecintaan yang berlebihan terhadap pasangan hidup, anak, keluarga, ilmu, atau pun lawan jenis yang belum halal. Bahkan ada pula yang hijabnya berlapis-lapis. Bila demikian, maka usaha untuk membuka hijabnya harus luar biasa beratnya. Intinya, hijab dunia latihannya dengan zuhud, ibadah dan doa. Berlatihlah untuk banyak mengingat Allah, di mana pun dan kapan pun. Pahami
    keutamaannya. Melihat apa pun kaitkanlah selalu dengan Allah, jangan hanya kepada makhluk.

    Wasssalllam salam…salaman dengan kalimat syahadat kata Sangggg Pe…Jiw…

    Semoooga bermanfaat…

  42. .??? said

    makasih mas gokill,
    tausiahmu diparagraf terakhir sepertinya untukku
    tolong juga doakan aku ya …

    wasalam wrm wbrk

  43. gus nur pasuruan(asmau'ul haq said

    iyya kana’budu waiyya kanastain

  44. gus nur pasuruan(asmau'ul haq said

    tolong dong saya minta caranya untuk munuju ma’rifatullah

  45. aburahat said

    @Gus Nur
    Keinginan anda biar PJ nanti yang memberikan pencerahan. Ini adalah tuga beliau. Wasalam

  46. @gus Nuuuur…

    Iyaa kalau masalah pencerahan, kontak aja deh mas PJ yang tercinta, pasti dia akan membantu dengan tullllus ikhlass, sepenuuuh hatiii…kalau niat kita udah mantap segalanya pasti dapat dilakukan…

    Wassalam ….

  47. asep said

    Salam

    @Gus Nur

    Cara untuk mencapai ma’rifatullah yaitu dengan cara mengenal diri sendiri sebagai manusia yg diciptakan sesuai atas kehendak dan ketentuan Allah swt yg tersirat didalam Al Qur’an dan hadist Nabi saw.

    Wasalam

  48. @Gus Nur

    Salam kenal buat Anda, dan selamat datang di Pondok PJ (Pengembara Jiwa)

    Saya sarankan kepada Anda, coba anda baca dulu Postingan tulisan saya yang berjudul “JALAN MENUJU MA’RIFATULLAH”

    Jika Anda sudah membacanya dan masih perlu untuk bertanya lebih lanjut ttng bagaimana cara menuju Ma’rifatullah, Insya Allah akan saya bantu untuk menguraikannya lebih luas lagi tetapi tetap dalam bahasa yang mudah di pahami.

    Semoga Anda berkenan, dan Allah beserta kita. Yakinlah Bahwa Allah senantiasa memperhatikan Kita dengan penuh Kasih dan Sayang-Nya.

    Terimakasih

    Wassalam

  49. Ass.
    Buat para pengunjung yang belum mengenal ma’rifat,alfakir menghimbau janganlah menyimpulkan segala sesuatu apa yang di dengar dan di baca sebelum mendapatkan pemahaman yang memadai.
    conto;kalo frequensi gelombang yang di pancarkan mursid (sang guru) tidak sesuai dengan gelombang yang kita pasang maka akan terjadi ketidak singkronan apa yang guru maksud dan apa yang kita terima.
    ilmu langit yang langka kayak gini perlu persiapan yang cukup untuk memahami semua apa yg telah tercurahkan.
    Hampir tak ada seorangpun yang telah mendalami ilmu tasawuf dan mendalami alam kesufian,kecuali mereka pasti telah menyelami lautannya.menegak air susu dan madunya dan bahkan pernah menjadi mabuk dengan arak murninya.
    Semoga manfaat buat saya pribadi dan pembaca.
    Wasalam

  50. Airsetitik said

    Mohon kunjungi blog kami terupdate di http://airsetitik.tk

    Terima kasih dan salam,

    Airsetitik Team

  51. pemuda hina said

    saya sependapat dengan kamu wong gendeng………….
    tapi kalau saya sebagai pemuda yang hina hanya berusaha menjalankan apa yang telah orang ketahui dan lebih berpengalaman dari pada saya…
    semoga cahaya nur ILLAHI menyinari hati sanubariku…….amiiiin,
    dan kepada saudara2 seperjuangan minta do’anya………..

    • @Asep

      “Aku” adalah kedirian yang ada pada diriku yang di sebut dengan “Nafsu/Ego”, dengan Rakhmat dan Kasih Sayang-Mu Ya…. Robb’ jangan lah engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri tetapkanlah diriku berada dalam pemeliharaan-Mu dengan kemurahan-Mu Yaa…. Robb’ Yang Maha Rohmaan dan Maha Rohiim….

  52. asep said

    Diantara diriku dan Engkau terdapat “aku” yang menghalangiku. Maka dengan Rakhmat-Mu, tanggalkanlah “aku” diantara kita.

  53. Assalamualaikum…
    Ada sebuah buku yang sedikit mengisahkan bahwa Rasulullah tercintapun pernah mengalami ekstase… saya coba kutipkan disini…

    Beberapa kitab hadist shahih (saya juga ga tau hadist yang mana-red) meriwayatkan kondisi Nabi Muhammad Saw ketika dalam keadaan wajd (semacam intrance/ektase/mabuk asmara, didalam batin)dengan Allah Ta’ala..

    Diriwayatkan bahwa ‘Aisyah pernah menemui beliau yang saat itu sdang intrance dengan Allah. Ketika Rasulullah melihatnya, Aisyah ditanya, “Siapa kamu”?”Aisyah menjawab “Aisyah.” Rasulullah kembali bertanya, “Siapa Aisyah?” ia menjawab “putri al Shiddiq.” Rasulullah kembali bertanya, “Siapa al Shidiq?” Aisyah menjawab “Penjaga Muhammad.” Rasulullah kembali bertanya “Siapa Muhammad?” lalu Aisyah diam, karena ia mengetahui bahwa Rasulullah Saw sedang dalam kondisi tenggelam dalam intrance/ektase, dalam cinta kepada Allah Ta’ala…

    Dikutip dari ‘Rabiah Sang Obor Cinta’ ditulis oleh An-Nabawi Jaber siraj dan Abdussalam A. Halim Mahmud…

    Wassalam

  54. WAHDATUL SYUHUD, WAHDATUL WUJUD & WAHDATUL MA’ABUD
    Wahdatul wujud atau tauhid wujudi adalah fahaman yang membentuk kepercayaan bahawa yang ada hanya satu wujud iaitu Wujud Tuhan dan yang selain Tuhan tidak wujud. Segala kewujudan yang selain Tuhan merupakan penzahiran dan aspek-aspek ketuhanan atau wajah-wajah wujud Yang Esa itu. Dalam doktrin wahdatul wujud, Wujud Tuhan dikatakan bersamaan dengan wujud alam. Apa yang disaksikan dan dipandang adalah alam pada satu aspek dan juga Tuhan pada aspek yang lain. Alam dikatakan Tuhan dalam bentuk penzahiran. Alam dikatakan satu dengan Tuhan dalam keadaan ada perbezaan pada kenyataan tetapi sama pada hakikatnya. Alam adalah Tuhan yang menyata dalam bentuk yang Dia kehendaki.
    Wahdatul ma’abud adalah kepercayaan terhadap keesaan Allah s.w.t seperti yang dinyatakan oleh Surah al-Ikhlas.
    Katakanlah (wahai Muhammad): “(Tuhanku) ialah Allah Yang Maha Esa. Allah yang menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat. Ia tidak beranak dan Ia tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesiapapun yang setara dengan-Nya”.
    ( Ayat 1 – 4 : Surah al-Ikhlas )
    Dalam fahaman wahdatul ma’abud kepercayaan kepada keesaan Tuhan tidak memerlukan kepada penafian terhadap kewujudan makhluk dan juga wujud makhluk tidak disamakan sedikit pun dengan Wujud Tuhan. Iman kepada Tuhan didasarkan kepada:
    Laisa kamithlihi syaiun
    Tiada sesuatupun yang sebanding dengan-Nya.
    Tuhan adalah berlainan dan berbeza dengan makhluk. Alam bukan satu dengan Tuhan. Wujud Tuhan adalah hakiki atau benar. Wujud alam pula jika dibandingkan dengan Wujud Tuhan, adalah khayalan, tidak sebenar. Wujud alam dikatakan tidak berhakikat. Oleh kerana wujud alam tidak berhakikat sementara Wujud Tuhan adalah hakiki, mengatakan alam sebagai penzahiran Tuhan adalah tidak benar sama sekali. Wujud yang tidak berhakikat adalah berbeza, berlainan dan tidak boleh disamakan dengan Wujud Hakiki.
    Dalam soal Wujud Tuhan dan wujud makhluk, kekeliruan timbul kerana istilah “WUJUD” itu sendiri. Bila dikatakan Tuhan wujud dan makhluk juga wujud maka terdapat sesuatu persamaan pada kedua-dua jenis wujud tersebut. Istilah tersebut boleh menimbulkan anggapan atau khayalan bahawa kedua-duanya ada persamaan atau perkaitan. Sebenarnya jika istilah wujud digunakan untuk menceritakan tentang keadaan makhluk yang ADA, lebih baik jika istilah lain digunakan untuk menceritakan keadaan Tuhan yang ADA. Tetapi dalam kamus manusia tidak ada istilah yang boleh menceritakan keadaan yang ada tetapi tidak bersamaan dengan adanya segala yang ada dan adanya Dia tidak disertai oleh segala yang ada. Oleh yang demikian perkataan wujud juga digunakan untuk menceritakan tentang Adanya Tuhan. Begitu juga halnya dalam menceritakan sifat-sifat Tuhan. Istilah-istilah seperti Mendengar, Melihat, Berkata-kata, Hidup, Berkehendak, Mengetahui dan Berkuasa digunakan bagi menceritakan keadaan Tuhan. Walaupun istilah yang serupa digunakan dalam menceritakan tentang Tuhan dan makhluk tetapi jika menganggapkan sifat Tuhan sama dengan makhluk maka anggapan yang demikian membawa kepada kekufuran.
    Tuhan menciptakan makhluk daripada tidak ada, walaupun makhluk menjadi ada setelah diciptakan namun, hakikatnya tetap tidak ada. Zat makhluk adalah ‘adam (tidak ada). Walaupun sifat berubah namun zat tidak berubah. Kayu yang dijadikan almari, kerusi, pintu dan sebagainya adalah tetap kayu pada zatnya sekalipun sifat sudah berbagai-bagai. ‘Adam (yang tidak ada) tetap ‘adam walaupun sudah menjadi ada. Kewujudan berjuta-juta ‘adam, yang tidak ada, tidak akan mengubah status Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tetap Esa walaupun Dia membuatkan makhluk menjadi ada, kerana pada sisi Tuhan makhluk tidak mempunyai hakikat wujud. Bagaimana ini mungkin terjadi? Ia menjadi mungkin kerana Tuhan membuatnya menjadi mungkin dan kewujudan demikian dinamakan wujud yang mungkin (mumkinul wujud). Hanya Tuhan yang berkuasa mengadakan yang mungkin itu. Sebab itulah dakwaan bahawa Diri-Nya adalah Tuhan memang benar. Yang boleh berbuat demikian hanyalah Tuhan. Yang selain Tuhan tidak ada kuasa untuk melakukannya. Semua pencipta-pencipta selain Tuhan, apabila membuat sesuatu ciptaan mereka akan berkongsi ruang dengan ciptaan mereka dan bilangan juga menjadi bertambah. Hanya Allah s.w.t yang berkuasa menciptakan makhluk tanpa mengubah status wujud-Nya Yang Esa. Hanya akal orang yang bingung atau orang yang dalam mabuk mencuba menghuraikan teka-teki Wujud Tuhan dan wujud makhluk. Orang yang berakal sihat akan menyerah tanpa takwil, tanpa hujah bahawa sesungguhnya: “Tidak ada sesuatu yang berkongsi apa-apa dengan-Nya, baik dari segi wujud, sifat, perbuatan dan apa segi sekalipun. Dia tidak disekutukan oleh sesiapa dan dalam apa perkara sekalipun”. Oleh kerana pada hakikatnya Dia tidak bersekutu dengan sesuatu, maka mempersekutukan-Nya dengan sesuatu menjadi kesalahan yang paling besar, yang tidak Dia maafkan.
    Tidak semua orang sufi berpegang dengan fahaman wahdatul wujud. Ramai sufi yang tidak bersetuju dan menolak fahaman satu wujud. Pengalaman mereka menceritakan bahawa satu wujud hanya muncul dalam penyaksian atau pengalaman kerohanian yang berlaku pada satu tahap perkembangan kerohanian. Pengalaman menyaksikan atau mengalami satu wujud itu dinamakan wahdatul syuhud atau tauhid syuhudi. Wahdatul syuhud atau tauhid syuhudi merupakan pengalaman kerohanian yang paling tinggi mengenai keesaan. Boleh juga dikatakan ia adalah kemuncak fana, di mana kesedaran seseorang sufi terhadap dirinya dan sekalian makhluk hilang lenyap sama sekali, tidak ada sedikit pun yang tinggal. Pada tahap tersebut sufi masuk sepenuhnya ke dalam suasana “Tuhan Maha Esa”. Pada ketika itu kewujudan nyata sufi tidak hilang. Dia masih lagi berjasad dan bergerak di atas muka bumi. Hanya ingatan dan kesedarannya terhadap yang selain Allah s.w.t terhapus sama sekali. Sufi tidak bertukar menjadi Tuhan atau bersatu dengan Tuhan. Sufi yang di dalam keadaan menjadi Tuhan atau bersatu dengan Tuhan itu tidak ada kuasa untuk membelah bulan atau membuat matahari naik dari sebelah barat seperti kekuasaan Tuhan. Apa yang berlaku kepada sufi hanyalah pengalaman rasa. Dia mengalami rasa “Akulah Tuhan. Aku Esa. Tiada sesuatu beserta Aku”. Peringkat pengalaman keesaan yang paling tinggi ini berlaku dalam sembahyang. Apa yang dirasakan pada ketika itu adalah: “Sembahyang adalah puji-pujian Allah terhadap Diri-Nya sendiri. Dia yang Memuji Diri-Nya. Dia yang Berkata-kata. Dia Yang Mendengar”. Pengalaman yang demikian merupakan saat yang paling lazat dirasakan oleh seseorang sufi. Setiap patah ucapan dalam sembahyang itu sangat mengasyikkan, sangat indah dan sangat merdu.
    Ketika mengalami suasana keesaan Tuhan itu bukanlah bermakna sufi sudah menjadi Tuhan atau bersatu dengan Tuhan. Ia adalah satu suasana yang Tuhan gubah bagi memperkenalkan keesaan-Nya. Orang yang memasuki suasana tersebut akan kenal, faham dan mengerti maksud Tuhan Maha Esa. Pengalaman yang demikian terjadi tatkala sufi hilang ingatan dan kesedaran kepada segala perkara kecuali Allah s.w.t. Apabila ingatan dan kesedarannya kembali semula pengalaman tentang keesaan Allah s.w.t itu tidak hilang, tidak seperti orang gila yang melupai segala pengalaman gilanya tatkala dia sedar kembali. Pengalaman hati membawa sufi bermakrifat dengan keesaan Tuhan. Apa yang diketahui oleh orang lain secara ilmiah, dalil dan bukti, dialami sendiri oleh sufi. Pengalaman keesaan yang dialami oleh hati itulah yang dinamakan wahdatul syuhud. Sufi yang mengalami wahdatul syuhud berpecah kepada dua golongan. Golongan yang pertama memahamkan apa yang dialami itulah kebenaran yang sejati, kebenaran yang paling tinggi. Hati telah mengalami satu wujud maka tentu sekali satu wujudlah yang benar. Berdasarkan penyaksian atau pengalaman hati mengenai satu wujud itulah terbentuk fahaman wahdatul wujud. Yang wujud hanyalah Tuhan, penzahiran Tuhan atau wajah-wajah Tuhan. Alam dan makhluk adalah bentuk zahir yang dengannya Tuhan menyatakan Wujud-Nya. Alam dan makhluk jika dipandang dari satu segi adalah Tuhan dan jika dipandang dari segi yang lain adalah makhluk. Begitulah fahaman wahdatul wujud yang dibuat sebagai terjemahan kepada pengalaman wahdatul syuhud. Sufi golongan kedua tidak menggubah terjemahan kepada apa yang mereka alami. Bagi golongan ini satu wujud adalah penyaksian atau pengalaman hati, tidak ada sebab mahu mengatakan wahdatul syuhud itu sebagai wahdatul wujud. Golongan ini memahamkan bahawa menyaksikan keesaan Tuhan bukan bermakna menjadi Tuhan atau bersatu dengan Tuhan. Memasuki suasana Keesaan Tuhan yang Tuhan gubah bukan bermakna masuk kepada Tuhan. Tuhan tidak dikandung oleh masa, zaman atau ruang. Tidak ada satu perbatasan di mana bertempat Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada sesuatu apa pun yang boleh sampai kepada Zat Tuhan. Walaupun Keesaan Tuhan dikenali dan dialami ia tidak mengubah bangunan alam maya dan tidak mengubah ketuhanan Allah s.w.t. Orang lelaki yang bermimpi menjadi perempuan tidaklah benar-benar bertukar menjadi perempuan. Tetapi pengalaman menjadi perempuan di dalam mimpi itu membuatnya mengenali perempuan dengan mendalam, tahu daya rasa dan citarasa perempuan dan sebagainya. Pengetahuan yang didapati secara pengalaman mengsahkan dan meyakinkan pengetahuan yang diketahui secara pembelajaran dan dalil. Pengalaman menjadi perempuan dalam mimpi dikatakan pengalaman hakikat iaitu lelaki berkenaan mengalami hakikat keperempuanan melalui cara bermimpi. Lelaki tersebut mengenali perempuan secara sempurna.
    Sufi mengalami hakikat ketuhanan termasuklah hakikat keesaan Tuhan. Sufi berkenaan masuk ke dalam suasana hakikat dan makrifat bukan masuk ke dalam Tuhan. Hakikat dan makrifat adalah suasana yang Tuhan gubah bagi memperkenalkan Diri-Nya kepada sesiapa yang Dia kehendaki berbuat demikian. Seseorang hamba yang menetap dalam makam kehambaan apabila diperkenalkan sifat al-Aziz akan kecutlah hatinya, mengggigil tubuhnya, pucat mukanya hinggakan dia jatuh pengsan. Setelah sedar dari pengsannya dia kenal maksud al-Aziz. Pengenalan secara mengalami itu lebih berkesan dan meyakinkan daripada perkenalan secara ilmiah. makrifat melalui pengalaman hakikat itu melahirkan ungkapan seperti: “Aku kenal Tuhanku melalui Tuhanku; Aku melihat Tuhanku tanpa rupa, tanpa bentuk, tanpa warna, tanpa cahaya; Aku kenal Tuhanku tanpa sesuatu pengenalan”. Banyak lagi ungkapan yang seumpamanya.
    Sufi yang mengalami wahdatul syuhud tetapi menolak fahaman wahdatul wujud, berpegang kepada fahaman wahdatul ma’abud iaitu kepercayaan kepada keesaan Tuhan tanpa menafikan kewujudan makhluk ciptaan Tuhan. Sufi golongan ini mengakui bahawa wujud makhluk memang tidak berhakikat tetapi oleh kerana makhluk diciptakan Tuhan maka makhluk mempunyai kewujudan yang teguh, stabil, tetap, kekal mempunyai tindakbalas dan sebagainya, bukan seperti wujud khayali yang dibuat oleh ahli silap mata. Jadi, wahdatul syuhud yang membawa sebahagian sufi kepada wahdatul wujud itu juga yang menetapkan sufi pada wahdatul ma’abud. Sufi yang tidak terbalik pandangan kerana pengalaman wahdatul syuhud adalah yang ditetapkan pada makam kehambaan, sekalipun menempuh gelombang Alam Misal, alam bayangan, cahaya dan warna. Apa sahaja yang muncul dinafikannya dengan kalimah : “ La ilaha illa Llah ” dengan membawa maksud : “Tiada Tuhan melainkan Allah.”
    Kalimah Tauhid yang menetapkan sebahagian sufi pada makam kehambaan itu boleh juga digunakan untuk mencabut kehambaan apabila maksud kalimah tersebut diubah kepada: “Tiada yang maujud melainkan Allah” (La maujud illa Llah ). Renungan yang mendalam dan disertakan dengan ucapan yang berulang-ulang bertindak sebagai memukau diri sendiri sehingga terpahat keyakinan dalam jiwa bahawa hanya Wujud Tuhan yang ada. Orang yang memperolehi fahaman wahdatul wujud secara renungan demikian tidak mengalami wahdatul syuhud, tidak ada pengalaman hakikat, tidak mengalami hal-hal ketuhanan kerana mereka belum lagi sampai kepada tahap kesedaran hati (kalbu). Hal ketuhanan hanya dialami oleh orang yang sampai kepada tahap kesedaran hati. wahdatul wujud yang diperolehi secara tafakur itu menjadi pegangan orang yang berada pada tahap ilmu, tetapi ilmu bayang bukan ilmu yang sebenar.
    Ada juga sufi yang memulakan perjalanan tanpa membawa atau mengetahui fahaman wahdatul wujud. Sufi ini sangat kuat dikuasai oleh kecintaan kepada Allah s.w.t dan tarikan kepada Tuhan yang kuat itulah menemukannya dengan kepercayaan wahdatul wujud. Kecintaan kepada Tuhan menjadi sangat berpengaruh dan menimbulkan keasyikan apabila sampai kepada tahap kesedaran hati, sama ada dia sampai kepada tahap melalui cara suluk atau b pun dengan rahmat Tuhan dia menjadi majzub. Kecintaan yang membara, mengasyikkan, dicampur dengan kerinduan yang mendalam menyebabkan sufi itu hanya menyaksikan satu wujud sahaja iaitu Wujud Tuhan sementara yang lain terhapus dari pandangannya. Oleh kerana dia tidak menyaksikan yang lain maka dia tidak memperakui kewujudan yang lain. Fahaman yang terbentuk itu adalah hasil daripada zauk atau pengalaman rasa yang bebas dari khayalan. Jika sufi itu menetap pada makam kalbu dan dia kembali kepada dunia dalam keadaan demikian, maka dia kan melihat wajah Kekasihnya pada apa jua yang dia pandang. Segala sesuatu menjadi cermin yang membalikkan wajah Kekasihnya.
    Sebahagian sufi, dengan rahmat Tuhan, dapat melepasi makam kalbu dan diberi suasana yang lebih baik iaitu menghadap kepada Tuhan yang menguasai kalbu. Sufi yang sudah keluar dari tahap kesedaran kalbu tidak lagi dikuasai oleh kecintaan yang mengasyikkan, yang mabuk. Kecintaannya sudah kembali rasional. Kecintaan rasional mengecilkan fahaman dan kepercayaan kepada wahdatul wujud. Lama kelamaan fahaman dan kepercayaan yang demikian hilang terus dari hati sufi. Dari golongan sufi yang telah membuang fahaman dan kepercayaan wahdatul wujud ada yang mengecam doktrin tersebut. Sufi yang lain tidak membuat kecaman atau ulasan. Mereka bersimpati dengan sahabat-sahabat mereka yang masih terikat pada makam kalbu dan berpegang kepada fahaman wahdatul wujud bukan dengan kehendak mereka sendiri tetapi pengalaman kerohanian yang menguasai mereka menyebabkan mereka menjadi demikian. Mereka dikuasai oleh hal atau zauk yang menyebabkan mereka tidak berdaya untuk memandang ke arah lain.
    Bermukim pada makam kalbu, mengalami berbagai-bagai hal ketuhanan, memasuki suasana bersatu dengan Tuhan, adalah pengalaman yang menyeronokkan dan mengasyikkan. Hati merasai kenikmatan dan kelazatan. Lantaran itu ada sufi yang enggan keluar dari makam tersebut. Apabila kesedaran diri datang kepada mereka, mereka akan kembali membuat latihan untuk menghapuskan kesedaran tersebut. Mereka lebih suka berada dalam zauk terus menerus kerana dalam zauk yang ada hanya Allah s.w.t, kehampiran dengan-Nya dan kesatuan dengan-Nya. Mereka percaya Kebenaran Hakiki adalah kefanaan dan penafian diri. Dari kalangan mereka muncul ungkapan seperti: “Aku mahu sampai kepada ‘adam hakiki (ketiadaan yang sebenar-benarnya) dan tidak kembali lagi kepada wujud”. Golongan ini sentiasa bekerja keras melatih diri dengan cara yang payah, beramal dengan cara yang sukar dan membebankan supaya mereka boleh berada dalam suasana penghapusan diri yang terus menerus. Mereka tidak mempunyai masa untuk berehat. Beban pengalaman yang berat itu mendorong mereka kepada satu-satu kegiatan menurut kecenderungan dan bakat masing-masing sebagai mengalihkan mereka daripada beban pengalaman mereka yang berat itu. Ada di antara mereka mencurahkan perasaan kepada alam semulajadi. Ada yang mendapat kerehatan dan keringanan melalui tarian dan nyanyian. Ada yang berpegang kepada fahaman satu wujud dan menyaksikan satu wujud dalam yang banyak. Semua itu merupakan rahmat dari Tuhan agar mereka mampu bertahan dalam beban pengalaman mereka dan dengan demikian mereka memperolehi sedikit kerehatan.
    Kumpulan sufi yang maju ke hadapan, meninggalkan makam kalbu, memperolehi hubungan dengan Tuhan yang membawa mereka beriktikad bahawa Tuhan Berdiri Dengan Sendiri dan tidak menyerupai sesuatu. Mereka tidak terlibat lagi dengan fahaman melihat Tuhan dalam alam atau menyamakan alam dengan Tuhan. Iktikad sufi golongan ini sesuai dengan ajaran Rasulullah s.a.w. Baginda s.a.w tidak mengajarkan wahdatul wujud tetapi baginda s.a.w mengajarkan wahdatul ma’abud iaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada sokongan al-Quran kepada fahaman wahdatul wujud. Al-Quran mengajarkan konsep ketuhanan : “ Laisa kamithlihi syaiun ” – tiada sesuatu serupa dengan-Nya. Rasulullah s.a.w mengajarkan supaya menafikan tuhan-tuhan palsu yang terdiri daripada anasir-anasir alam dan manusia, termasuklah diri sendiri Sama ada yang zahir atau yang batin. Rasulullah s.a.w menentang perbuatan mempertuhankan batu, Isa al-Masih, Uzair, bulan, dan lain-lain. Rasulullah mengatakan konsep ketuhanan yang demikian adalah syirik dan dosanya tidak diampun oleh Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w juga mengajarkan perbezaan di antara hamba dengan Tuhan. Kebenaran sejati yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w adalah manusia adalah hamba ciptaan Tuhan bukan penzahiran Tuhan. Kesatuan wujud tidak diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. Pada zaman para sahabat Rasulullah s.a.w, fahaman wahdatul wujud tidak wujud, malah bayangannya pun tidak ada. Fahaman yang demikian hanya muncul pada zaman yang akhir-akhir ini.
    Sufi yang telah menyelesaikan semua peringkat perjalanan kerohanian dan mencapai peringkat tertinggi kewalian akan memperolehi keyakinan yang sama dengan pegangan ulama yang memperolehinya melalui kitab dan akal. Apa yang ulama putuskan secara mentalaah kitab dan menggunakan akal diperolehi oleh sufi melalui kasyaf.

  55. kangBoed said

    Hahahahaha
    Pelamun sejati terus melamun dongo
    dalam lamunannya ia bertanya tentang dirinya
    Aku siapakah aku yaaa?
    kulihat dalam diriku aku sedang tersenyum mesra sekali
    kulihat dalam dirimu aku pun sedang tersenyum lembut
    kulihat kekiri aku pun sedang tersenyum riang
    kulihat kekanan aku pun sedang tersenyum gembira
    kulihat kedepan aku pun sedang tersenyum
    kulihat ke belakang aku pun sedang tersenyum simpul
    kulihat keatas aku pun sedang tersenyum menyapaku
    kulihat ke bawah aku pun sedang tersenyum membias tersipu
    kulihat kemanapun kok aku tersenyum maniis sekali
    terus akunya di mana ya ????
    bingung ???
    tambah ooon ???
    wah mana ya ??
    aku kemanakah aku ???
    kok semua jadi aku
    Kupukul engkau eee kupukul diriku sendiri
    kucaci enggkau eee kucaci diriku sendiri
    kutampar engkau eee kutampar diriku sendiri
    kumarahi engkau eee kumarahi diriku sendiri
    kuhina engkau eee kuhina diriku sendiri
    waaah waah wah
    bener bener ilmu Boomerang dari negara kangguru
    Dilempar berputar dan berputar sampai akhirnya..
    selalu semua kembali menghantamku
    terus mana yang bukan aku ???
    oooooo
    makanya camkan baik baik
    Rosul berkata :
    Rahmatan lill allamin bukan muslimin
    Yesus berkata :
    Cintai sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri
    hahahahaha
    aku aku aku aku semua aku terus kamu siapa ????
    kamu aku kamu aku kamu aku kamunya mana ???
    wah tambah ooon
    wah tambah bodoh
    wah waah waaah
    weleh weleeh
    Ruaaar Biasaaaaaaaa

    Terima kasih Embah PJ yang selalu menuntun dan menemaniku dalam lamunan lamunan yang menggairahkan dan membuatku semakin dalam dan dalam masuk dalam lamunanku, sungguh anugerah terbesar ketika saya yang bodoh dan oon ini menemukan tempat ini, bertemu dan berkenalan dengan yang punya tempat oooo sungguh ruaaar biasaaaaa semoga bermanfaat bagi semua sedulur disini
    Salam sejati
    Botol Kosong ooooooooooon

  56. iLo aHMaDiNeJaD said

    Assalamualaikum

    Mau nanya.. Kalau seseorang mau mencapai Ma’rifat itu ada berapa tahapan?? Apakah harus diBai’at dulu baru belajar atau belajar dulu naru dibai’at?? Mohon dijawab yah.. Terima kasih..

    Wassalammualaikum

  57. andi said

    Menarik kalau bicara tentang hakikat tetapi yang lebih menarik lagi jika sudah dibuktikan dibaktikan dan yang tidak kalah menariknya sudah antal mautu qoblalmautu belum????? cobalah belah kembali ajaran-ajaran tersebut.

    salam
    peziarah

    • @Andi

      Benar sekali apa yang dikatakan oleh saudaraku Andi…. bahwa berbicara tentang Hakikat itu tidak hanya sekedar di kata saja, karena itu hanyalah sebatas teori. Untuk menyempurnakan dari pada apa2 yang telah diketahui akan Hakikat itu maka yang lebih utama adalah bagaimana meng Aplikasikannya dalam kehidupan sehari2 sebagaimana yang tercontoh dalam kehidupan Rosulullah Saw yaitu Kasih Sayang kepada siapa saja baik kawan maupun lawan dan menjadi rahmat bagi sekalian Alam. Itulah Kesempurnaan dalam Hakikat yang menjadikan Hidup menjadi lebih Hidup dan terlebih Hidup.

      Adapun itu semua bisa terwujud setelah misra/leburnya diri dalam ke FANA an (FANA FILLAH) atau yang di sebut dalam Dalil “Muutu Qobla Anta Muutu”.

      Semoga Allah membimbing para pengembara2 Hakikat dengan Nur-Nya yang meliputi agar benar2 dapat sempurna dalam ke Tauhidan dengan Batin Hakikat dan Lahir Ma’rifat. Insya Allah…..

      Salam kenal untuk Anda Saudaraku Andi

      Pengembara Jiwa

  58. nur said

    ass……
    terima kasih sebelumnya, mari kita renungkan kembali adakah sesuatu agama itu menjadi suatu permusuhan bagi orang lain ????
    agama bukan tempat dimana kita saling mengoreksi orang lain….
    yang terlebih penting agama itu lebih mengutamakan bagaimana seorang muslim itu dapat menyempurnakan dirinya dan dapat menyempurnakan ke sekalian umat yang ada…
    apakah bisa dikatakan seseorang itu memiliki ilmu kesempurnaan tapi tidak dapat membimbing umat sekelilingnya…
    jelaslah pernyataan itu salah, kalaupun ada yang mengakui itu jelaslah ia menjadi orang yang telah angkuh akan ilmu yang jelas bukan miliknya…
    semua perjalanan dalam ilmu adalah proses, sebenarnya bagi seseorang yang telah mengetahui akan ilmu ini telah memikul beban yang berat…
    orang itu telah memiliki tanggung jawab akan dirinya, keluarganya, dan umat2 sekelilingnya…
    karena bagi orang yang telah mengetahui jelas ia menjadi pengganti rasul….
    sekian terima kasih….
    wsss….

  59. kangBoed said

    Terang benderang
    Terang tapi tidak menyilaukan
    Karena akupun setitik cahaya
    Dalam lautan cahaya

    Aku adalah kehidupan
    Kehidupan tanpa ada yang menghidupi
    Kehidupan yang berdiri dengan sendirinya
    Meliputi semua yang hidup
    Meliputi semua yang berwujud dan tak berwujud

    Cahaya segala cahaya
    Cahaya kesadaran dan kebenaran serta kehidupan sejati
    Menyinari dan menepis sisa sisa kegelapan di hati dan jiwa
    Memancar dan meliputi seluruh keberadaanmu

    Mengurai sinar kasih sayang dan kemesraan
    Sebagai bekal untuk melangkah menjalani kehidupan
    Papan tanpa tulisan persiapkan dan carilah dahulu sebelum kita melangkah keluar diri
    agar menjadi media yang baik dalam laku dan tindak tumindak
    sebagai tempat tulisan tanpa papan

    jika keduanya sudah menyatu dan melebur dalam sang diri
    maka hiduplah sang diri terliputi oleh kesadaran sejati
    bukan hidup di pimpin oleh akal pikir
    bukan hidup dipimpin oleh rasa perasaan

    tetapi hidup yang dipimpin oleh KESADARAN SEJATI
    Bersemi indah bagaikan mentari pagi
    Melarutkan sisa sisa kegelapan di jiwa
    Membangkitkan hidup lebih hidup

    Manunggaling kawulo lan Gusti
    leburnya papan dengan tulisannya
    tapi tetap kita hanyalah kawulo cilik
    yang lemah tak berdaya upaya

    tak bisa melangkah apalagi berlari
    kehendak dan iradatNYA
    hanya berjalan dan berjalan
    melangkah dalam kebodohan
    untuk melaksanakan sebuah Dharma

    sebagai botol tanpa isinya
    dan tak pernah merasakan pahit dan manis isinya
    ya hanyalah sebuah alat
    semua telah kembali kepadaNYA
    dariNYA untukNYA olehNYA dan bagiNYA

    Salam Sayang Mas PJ dan Mbak Yu nee Salam Taklim
    Salam Sejati saudaraku semua
    ci OON

  60. Poyot said

    Boleh nanya sedikit mas….

    Masalah sah gak nya sholat neh…

    Disini terurai di ma’rifat kalau roh hrs bersih sehingga amal ibadah kita bisa di terima Allah SWT.

    Jika kita mempunyai ilmu, atau khodam apalagi ilmuitu ilmu dr khodam jin …gimana itu tanggung jwb nya?

    apa bisa di katakan sah dalam ibadahnya?..

    tolong kirim jawabannya ke email saya erhandse@yahoo.com

    terima kasih.

  61. lor Muria said

    Mohon pencerahan

    Jantung itu mempunyai 4 pintu
    jantung merupakan pusat dari kehidupan, apabila jantung berhenti, berhentilah yang hidup ini.

    Maka sebelum 4 pintu itu ditutupi selain ALLAH, tutupilah 4 pintu itu dengan dzikir kpd Allah.

    4 pintu itu tak lain adalah JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL ALLAH

    Itulah sebenar-benar pintu menuju kepadaNYA.

    mohon maaf Tuan PJ, kalau salah, dan mohon pencerahannya

    dibalik rasa
    ada sari rasa

    salam kenal dari saudara lama
    salam sejati

  62. Gama said

    Ass Wr Wb

    Akulah Rasa …….
    Raja Rasa ……..
    Dalam Rasa ………
    …………….
    …………….
    Wassalam Wr Wb

  63. almaulana said

    Salam….

    Saya mau bertanya pada semuanya :

    Kalau kita diuji oleh Al Haqq Allah ta’ala…dimana rasa hati (nikmat hati/ibadah) diambil oleh Yang Maha Tahu Allah ta’ala atau kehilangan rasa itu, apakah kita harus terus beribadah karena Allah..dengan kepasrahan hati kepada Allah, atau apakah kita brenti beribadah karena tidak lagi merasakan nikmatnya ibadah..dimana Dia Yang Maha Agung menguji keimanan diri kita apakah kita hamba Allah atau Budaknya Nikmat saja. Apakah kita mencari Allah atau hanya nimat…?

    Shalawat dan salam selalutercurah Pada yang Mulia Rasullulah SAW.

    Wassalam

    • lor Muria said

      Seorang Arif hanya menunggu Qodrat dan Irodat dari ALLAH atas dirinya. kadang diberi nikmat, kadang juga diuji atau diperingatkan, tapi dimata seorang arif semua adalah nikmat dari ALLAH, dia akan tetap beribadah sesuai dengan tingkat kema’rifatnya.

      Karena diam dan geraknya para Arifbillah diliputi oleh gerak diamnya Sang Maha Meliputi, dia hanya mengikuti kodrat dan IrodatNYA

      Kita yang awam sebaiknya mengikutinya sebatas kemampuan kita, sebatas tingkat kema’rifatan kita

      Allahumma Sholli ‘alaa….

      wassalam

      • almaulana said

        Terima kasih…atas penjelasannya, Insya Allah apa yang anda tulis benar sekali….Salam persahabatan selalu, jawaban anda benar2 mencerahkan

  64. Agus IP said

    Salam…
    untuk JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL ALLAH, apakah mempunyai sifat?
    bagai mana dengan nafsu?
    wassalam.

  65. @Lor Muria

    Salam….Saudaraku Lor Muria. Benarkah Anda yang telah bertemu saya beberapa bulan yang lalu di Jakarta…??? Jika Iya’ Salam Berkah Allah untuk Anda sekeluarga, Jika Bukan, maka salam Sejahtera dan salam Kenal untuk Anda sekeluarga.

    Saudaraku…

    Allah menyatakan akan Kasih Sayang-Nya kepada setiap Insan melalui Sirr yang ada pada diri Insan dan meliputi Insan. Adapun Sirr itu meliputi ke 17 sendi yang ada pada diri Insan yaitu :
    1. Bulu/Rambut
    2. Kulit
    3. Darah
    4. Daging
    5. Urat
    6. Tulang
    7. Otak
    8. Sum-sum
    9. Penglihatan
    10. Pendengaran
    11. Penciuman
    12. Pengrasa
    13. Jiwa/Nyawa
    14. JALAL
    15. JAMAL
    16. QOHAR
    17. KAMAL

    kemudian ke-17 itu di sucikan melalui Sholat Sehari Semalam 17 Raka’at.

    Adapun JALAL adalah pintu masuk menuju RAHMAT ALLAH, dimana setiap Insan khususnya Umat Islam memandang RAHMAT ALLAH itu sungguh2 tiada batasnya. Dan RAHMAT ALLAH itu akan mengalir pada diri seseorang yang terbiasa dalam Ikhlas. IKHLAS yang bukan di buat2 atau di kata2, melainkan IKHLAS yang benar didasari oleh KESADARAN JIWA. Dan Pakaian IKHLAS adalah FANA/Lebur dalam “Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Rooji’uun”

    Adapun JAMAL adalah pintu masuk menuju HIDAYAH ALLAH, dimana setiap Insan khususnya Umat Islam memandang akan HIDAYAH ALLAH itu adalah BENAR dan tiada keragu2an di dalamnya. Dan HIDAYAH ALLAH itu akan tercurah kepada diri seseorang yang terbiasa dalam SABAR. SABAR yang bukan dipaksakan, melainkan SABAR karena MENGERTI bahwa ALLAH sekali2 tidak akan pernah mengecewakan akan Hamba-Nya. Dan pakaian SABAR adalah FANA/Lebur dalam “Laa Haw Laa Wa Laa Quwwata Illaa Billaahil Aliyyil ‘Adziim”

    Adapun QOHAR adalah pintu masuk menuju MA’UNNAH ALLAH/Pertolongan ALLAH, dimana setiap Insan khususnya Umat Islam memandang akan MAUNNAH ALLAH itu adalah PASTI dan tidak akan mungkin ALLAH tidak memelihara akan Hamba-Nya karena Hamba itu adalah milik-Nya. Dan MAUNNAH ALLAH itu akan tercurah kepada diri seseorang yang terbiasa dalam TAWAKKAL. TAWAKKAL karena di dasari RASA yang merasakan bahwa ALLAH tidak jauh dari dirinya. Dan pakaian TAWAKKAL adalah FANA/Lebur dalam “Hasbiyallahu Wa Ni’mal Wakiil”

    Adapun KAMAL adalah pintu masuk menuju FATHULLAH/KEMENANGAN ALLAH, dimana setiap Insan khusunya Umat Islam memandang akan FATHULLAH itu akan datang segera setelah dilalui MUJAHADAH, Karena FATHULLAH itu Nyata dalam Wujud dan Wujud itu Bukti Adanya ALLAH. Dan FATHULLAH itu akan datang kepada Diri seseorang yang terbiasa dalam RIDHO’. RIDHO’ atas segala keputusan2 ALLAH atas dirinya karena didasari KESADARAN, PENGERTIAN dan MERASAKAN bahwa… “YA” Benar!!! dan PASTI ALLAH meliputi akan tiap2 sesuatu bahkan juga meliputi akan Dirinya. Dan Pakaian RIDHO’ adalah FANA/Lebur dalam “Huwal Awwalu wal Akhiru waz Zohiru wal Bhatinu, wa Huwa Bi Kulli Syai’in ‘Aliim”.

    Apabila di amalkan dalam setiap waktu, yaitu :
    “Huwal Awwalu wal Akhiru waz Zohiru wal Bhatinu wa Huwa Bi Kulli Syai’in ‘Aliim Wa Hasbiyallahu Wa Ni’mal Wakiil, Laa Haw Laa Wa Laa Quwwata Illaa Billaahil Aliyyil ‘Adziim Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Rooji’uun”.
    Semoga Allah memberkati. Aaaamiiiin….Yaaa…Robbal Aaalamiiin.

    Wassalam
    Salam Sejati

    @Gama

    Wa’alaikum salam Wr,Wb…

    “Man Lam Yazuq Lam Ya’rif” (Siapa yang belum merasakan, maka belumlah mengenal)

    Terimakasih Saudaraku

    Wassalam

    @AlMaulana

    Hmmm…….tentunya Allah is The Best

    Terimakasih atas pencerahannya saudaraku.

    Wassalam

    • lor muria said

      Maaf mas PJ. saya bukanlah orang yang saudara temui di jakarta. saya hanya orang desa di wilayah pantura yang bodoh dan hina ini.

      Semakin hari setiap mendapat ilmu / pengetahuan, saya semakin semakin bodoh dibuatnya.

      Saya hanya ingin mencari KEBENARAN SEJATI, yang bisa kulakukan hanya DIAM, DIAM dan DIAM, menunggu tarikan dari SANG KEBENARAN SEJATI.

      Salam Sejahtera dan salam Kenal untuk mas PJ sekeluarga.
      semoga Berkah ALLAH melimpah untuk mas PJ sekeluarga

      Salam sejati
      dari yang menunggu KESEJATIAN

  66. Allah s.w.t hanya boleh dikenal jika Dia sendiri mau Dia dikenali. Jika Dia mau memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka hati hamba itu akan dipersiapkan dengan mengurniakannya warid. Hati hamba diterangi dengan Nur-Nya. Tidak mungkin mencapai Allah s.w.t tanpa dorongan yang kuat dari Nur-Nya. Nur-Nya adalah kendaraan bagi hati untuk sampai ke Hadrat-Nya. Hati adalah umpama badan dan roh adalah nyawanya. Roh pula berkait dengan Allah s.w.t dan perkaitan itu dinamakan as-Sir (Rahsia). Roh menjadi nyawa kepada hati dan Sir menjadi nyawa kepada roh. Boleh juga dikatakan bahwa hakikat kepada hati adalah roh dan hakikat kepada roh adalah Sir. Sir atau Rahsia yang sampai kepada Allah s.w.t dan Sir yang masuk ke Hadrat-Nya. Sir yang mengenal Allah s.w.t. Sir adalah hakikat kepada sekalian yang maujud.

    Nur Ilahi menerangi hati, roh dan Sir. Nur Ilahi membuka bidang hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahsia hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperanan menyingkap tabir hakikat. Orang yang mengambil hakikat dari buku-buku atau dari ucapan orang lain, bukanlah hakikat sebenar yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan dan khayalan semata-mata. Jika mau mencapai hakikat perlulah mengamalkan wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil terus juga berwirid. Sekiranya Allah s.w.t kehendaki warid akan didatangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu. Itulah kejayaan yang besar boleh dicapai oleh seseorang hamba semasa hidupnya di dunia ini.

  67. abimirza said

    quote:

    ‘Nur Ilahi menerangi hati, roh dan Sir. Nur Ilahi membuka bidang hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahsia hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperanan menyingkap tabir hakikat.’
    *****************************

    apakah apabila cahaya nur ilahi ini disaksikan maka penyaksinya mencapai makrifatullah…

    bagaimana pula dengan hal keadaan menyaksikan cahaya nur muhammad dan nur insan…

    wassalam

    • apakah apabila cahaya nur ilahi ini disaksikan maka penyaksinya mencapai makrifatullah…

      bagaimana pula dengan hal keadaan menyaksikan cahaya nur muhammad dan nur insan…
      *****************************************************

      Bismillah….
      Saya mencoba menjawab pertanyaan pertama semampu yang saya pahami…Insya Allah :

      Alam ini pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang kerana ada kenyataan Allah s.w.t padanya. Misalkan kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada waktu malam yang gelap gelita. Apa yang dapat dilihat hanyalah kegelapan. Apabila hari siang, matahari menyinarkan sinarnya, kelihatanlah segala tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu. Kewujudan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya matahari. Cahaya menzahirkan kewujudan dan gelap pula yang membungkusnya. Jika kegelapan hanya sedikit maka kewujudan hanya kelihatan samar. Sekiranya kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak kelihatan lagi. Hanya cahaya yang dapat menzahirkan kewujudan, kerana cahaya dapat menghalau kegelapan. Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yang menutupi benda-benda alam yang nyata, maka cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau kegelapan yang menutup hakikat-hakikat yang ghaib. Mata di kepala melihat benda-benda alam dan mata hati melihat kepada hakikat-hakikat. Banyaknya benda alam yang dilihat oleh mata kerana banyaknya cermin yang membalikkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan datangnya dari matahari yang satu jua. Begitu juga halnya pandangan mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakikat kerana banyaknya cermin hakikat yang membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur Ilahi datangnya dari nur yang satu yang bersumberkan Zat Yang Maha Esa.
      Kegelapan yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah daripada kebenaran. Hatilah yang tertutup sedangkan kebenaran tidak tertutup. Dalil atau bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan kebenaran tetapi adalah untuk mengeluarkan hati dari lembah kegelapan kepada cahaya yang terang benderang bagi melihat kebenaran yang memang sudah ada, bukan mencari kebenaran baru. Cahayalah yang menerangi atau membuka tutupan hati. Nur Ilahi adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila Nur Ilahi sudah membuka tutupan dan cahaya terang telah bersinar maka mata hati dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Bertambah terang cahaya Nur Ilahi yang diterima oleh hati bertambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang diperolehi melalui pandangan mata hati yang berlampukan kan Nur Ilahi dinamakan makrifat atau ilmu yang diterima dari Allah s.w.t secara langsung/ilmu laduni. Kekuatan ilmu yang diperolehi bergantung kepada kekuatan hati menerima cahaya Nur Ilahi.

      Itulah yang semampunya saya pahami, lebih dan kurangnya, tolong dibantu saudara2 ku tercinta, entah mas PJ, kang asep, mas aburahat, kang boed…dll.

      Pertanyaan selanjutnya mengenai penyaksian nur Muhammad dan Nur Insani…saya serahkan pada mas PJ tercinta, namun hakikatnya semuanya itu bersumber pada satu cahaya..Cahaya Ilahi.

      Wassalam

      Yang merindu…

  68. Saya coba menjawab mengenai nur insani semampu yang saya rasakan dan saya pahami saat ini, mengenai nur Muhammad, saya masih belajar belum sampai kesana, Insya Allah, Masya Allah sahabat2 tercinta akan membantunya memaparkannya :

    Bismillah awal wal akhir…

    Apabila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu (mungkin ini yang dinamakan nur insani yang dimaksud sahabatku tercinta abimirza). Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hampirnya Allah s.w.t dengannya. Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah s.w.t sentiasa mengawasinya. Allah s.w.t melihat segala gerak-geriknya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan berwaspada.

    Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai kepada martabat Mukmin ialah:
    1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
    2: Hati tidak cenderung kepada harta, berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
    3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada kejahatan.
    4: Rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah s.w.t.
    5: Kehalusan kerohaniannya membuatnya berasa malu kepada Allah s.w.t dan merendah diri kepada-Nya.
    Orang Mukmin yang taat kepada Allah s.w.t, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid iaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah s.w.t. Dia tidak lagi kuatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia tidak lagi meletakkan pergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan ridho terhadap apa jua yang ditentukan Allah s.w.t untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu takdir yang Allah s.w.t tentukan untuknya. Apa yang Allah s.w.t takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti ini sentiasa di dalam penjagaan Allah s.w.t kerana dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t kurniakan kepadanya kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui Petunjuk Allah, tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kepada hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menafikan kewujudan dirinya dan dinisbatkannya kepada Wujud Allah s.w.t. Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati.. Dia merasa benar-benar akan keesaan Allah s.w.t bukan sekadar mempercayainya.

    Pengalaman tentang hakikat dikatakan memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah s.w.t dan hati merasakan akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah s.w.t, tidak lagi melihat kepada wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan. Dalam berkeadaan demikian dia tidak lagi mengendahkan peraturan masyarakat. Dia hanya mementingkan soal perhubungannya dengan Allah s.w.t. Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya boleh menyebabkan orang ramai menyangka dia sudah gila. Orang yang mencapai peringkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahawa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah s.w.t dan segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t.

    Wassalam…

    yang merindu…


  69. teruntuk saudaraku :
    @Lor Muria
    @Sufigokil..kill..dekill
    Abimirza

    Terimaksih atas segala pencerahan2nya yang sangat bermanfa’at ini….Semoga kita semua semakin tumbuh kesadaran pada diri hingga mencapai KESADARAN SEJATI dan bertemu dengan KEBENARAN SEJATI. Insya Allah.

    Wassalam

  70. jago9hs said

    salam, tuan/puan yang dirahmatiNya sekelian,
    maaf ye, saya mohon agar ada yang sudi beri nasihat dan pandangan akan pengalaman saya ini, bi’iznillah

    saya lihat teknik ini di nurulkhatami.com di tajuk terapi nursyifa
    iaitu teknik ‘nutup’
    saya memberanikan diri untuk melakukannya…tawakal saja…sendirian…

    pengalaman saya pada melakukannya…
    sesungguhnya saya tidak pernah mengalami pengalaman begini…dan walau saya menyaksikannya namun saya tiada ilmu dan panduan tentang apa yang saya saksikan / lihat itu…
    jadinya mohon nasihat dan pandangan dari tuan/puan tentang pengalaman saya itu…

    setelah solat maghrib hari itu, saya duduk kedudukan tahyat awal, mata saya pejamkan, mulut rapat, lidah saya tongkat ke lelangit…saya hirup nafas simpan dipusat…kemudian saya lakukan teknik ‘nutup’ tersebut….

    beberapa ketika kemudian hadir pada pandangan saya titik-titik halus yang bertimpa-timpa dengan berbagai warna dengan pola gerak yang rawak…kemerahan, kehijauan, kekuningan, kebiruan, berlatarkan kehitaman….jika boleh diumpamakan seperti ekornya buruk merak yang berlapis-lapis…..kemudian sekelian aneka warna itu hilang berganti warna yang amat terang, awalnya titik-titik halus kemudian bulatan-bulatan yang berlapis-lapis …..semakin membesar dan mendekat sehingga dilihat betul didepan saya tiada sempadan lagi….terang betul cahaya itu, putih keperakan malah lebih terang lagi…namun tidak menyilau pandangan saya…saya lihat cahaya terang itu sehingga rasanya saya tak sedar….bila saya sedar yang saya melihat cahaya itu lalu cahaya itu pun beransur kembali ke asal mula….makin menjauh…lihat bulatan yang semakin mengecil…titik-titik yang berlapis-lapis…akhirnya penglihatan yang ber’kunang-kunang’…badan saya dirasakan seperti kejang, bergetar seperti mau putus nafas…lalu saya lepaskan nafas saya dan ambil nafas yang baru dan buka kedua mata saya….

    haraf tuan/puan yang berpengalaman sudi memberi nasihat dan pandangan atas apa yang saya lihat itu…dan sudilah sampaikan disini atau balas ke email saya jago9hs@yahoo.com

    harafnya bukanlah dari gangguan jis…jika dari setan atau jin tak mau saya lakukan lagi…
    terima kasih
    jago9hs@yahoo.com

  71. Ass.wr. wb.

    Salam kenal penuh takzim yang Insya Allah dari Malaysia atau Brunie darassalam….

    Insya Allah itu adalah pengalaman spritual..Allah ta’ala membuat anda mengalami hal seperti..Saya Doa kan anda mendapat guru yang dapat mengerti pengalaman itu…Mungkin itu ruhaniyah anda atau mungkin juga iblis agar anda takjub dengan diri anda…saya doakan Insya Allah anda mendapat pencerahan sejati menuju ridhoNya….kalau saya sih jangan ulangin lagi pengalaman kalau terulang itu mungkin dari setan atau jin…namun saya yakin cara Allah ta’ala untuk kita mengenal kehakiian diri sebagai insani..entah dia setan-jin-atau malaikat hakekat tetap pula dari dan seijinNya…

    Sallam khidmat untuk saudaraku

    Wasallam

    Yang merindu…

  72. KangBoed said

    hehehe.. hidup adalah sekarang ini.. mari kita meneruskan perjalanan.. jangan sampai lengah karena seolah olah kita sudah menang.. perasaan berjalan seorang diri.. ternyata satu waktu bertabrakan dan tahu tahu bayangan kita menyusul jauh di depan kita.. tetaplah eling dalam kesadaran dan waspada dalam setiap langkah..
    Salam Sayang
    Salam Rindu untukmu.. 😆

  73. tigaw said

    MAKSIH BANYAK ATAS ARTIKEL INI TAPI KENAPA MASIH BANYAK ORANG YANG TIDAK PERCAYA DENGAN MA’RIFAT ?
    INI KEJADAIAN BENER LHO MAS SAAT SAYA BELI OBAT ALTERNATIF DITOKO ARAB DAN MENCARI BUKU TENTANG ABUDL QODIR AL JAILANI PENJUAL OBAT TERSEBUT (ORANG ARAB) LANSUNG BILANG DENGAN AAK KETUS ” KAMI TIDAK MENJUAL BUKU YAN CUMA DIANGAN2 SAJA” NAH LHO ORANG ARAB SENDIRI TIDAK MEMAHAMI ARTI MA’RIFAT ATAU MEREKA CUMA NGAK SETUJU KALI YA MAS…
    SEBENARNYA SAYA MAU MENJAWAB TAPI MALES ADU ARUMENT KARENA SAYA BERDIRINYA SAMA SEBAGAI MUSLIM….
    BENER MAS TENGELAM SEDALAM2 NYA DAN JANAN LAGI MENGIGAT YANG LAIN SELAIN DIA YANG KITA CINTAI…
    SALAM HANGAT DARI KAWAN SEKOTA…..

  74. Gama said

    He he he …… mungkin berlaku pepatah ; Bagimu aturan mu dan bagiku aturan ku.
    Saya berpendapat ; ” Mereka memang ahli menulis dan membaca, tapi disini banyak yang tau yg tersirat dari yang tersurat…. bahkan tau cara pakai nya.
    Wassalam,

  75. Abu Muhammad Nafis said

    Tuan, cerita tuan penuh dengan konsep dan berbelit-belit. Kebenaran itu tidak boleh ditemui melalui konsep. Terus saja kepada persoalan….siapa Diri sebenar? Ada Aku, baru ada alam, baru timbul cerita tuhan. Tiada Aku, tiada alam, tiada tuhan. Siapa Aku? dan siapa pula yang tahu Aku?

    • lor Muria said

      🙂 🙂 :X

    • @Abu Muhammad Nafis

      Saudara Abu Muhammad Nafis…., silahkan Anda baca2 dulu di Artikel yang lainnya ya…..
      Jika Perlu Buka Daftar Isi, disitu terdapat Judul2 Artikel yang sudah terposting. Semoga bermanfa’at…

      Wassalam

      • Abu Muhammad Nafis said

        Tuan, artikel tuan yang lain sudah saya baca walau tidak kesemuanya. Memang bermanfaat mengikut ukurannya masing2. Judul ini menarik perhatian saya kerna membicarakan ‘terungkapnya segala rahasia’. Maksud komentar saya tempohari >>> Ribuan konsep2 yang dikumpul sedari umur kita 2-3 tahun (ketika akal mula berfungsi)itulah yang membuat ‘barang’ yang nyata menjadi rahasia (‘tertutup’). Mulai saat itu maka jahillah kita akan diri kita yang sebenar. Ramai yang sebut ‘aku’ tapi tidak ramai yang tahu kemanakah dirujukkan ‘aku’ itu. Sedangkan yang ‘dilahirkan’ itu adalah Kesedaran Wujud yang Universal yang tidak kenal ke-individuan-an. Fitrah kata Nabi. Tetap sama…dulu, kini dan selamanya. Tidak pernah berubah dan tidak akan berubah. Wajib ada tanpa dapat dinafikan. Apapun jua ‘ilmu’ yang tinggi2 baik konsep Nur Muhammad, Martabat Tujuh, Tajalliyat, tanazzul-taraqqi akhirnya kena dibuang jua. Sepintar mana pun kita menguasai ‘ilmu-ilmu’ ini ianya tidak lebih hanya ‘maklumat’ kepada ‘yang mengetahui’. Siapa ‘yang mengetahui’? Konsep selalu mengajak kita ke’luar’ (objektif) sedangkan jawabannya ada di ‘dalam’ (subjektif). Kerna tuan masih kemukakan konsep ketika membicara ‘terungkapnya rahasia’ maka tergerak saya untuk komentar.

  76. arif kamal said

    Mahabbah

    dalam Mahabbah tiada rahasia
    yang nyata hanyalah bayang
    jangan sedih wahai hamba
    lautan RidhaNya akan terbentang

    nyiur melambai ditiup angin
    hambayangnya jatuh ditepi pantai
    hanyut terbawa arus pasang
    mengarungi samudera tiada bertepi

  77. tomy said

    Alief Lam Mim Dzalikal Kitab
    Urip Anguripi Kang Anggelar Kitabing Manungsa

  78. tarqi said

    mohon ijin gabung… kalau diperbolehkan. trims

  79. nanks said

    Nimbrung nih…!

    ADAM Dzohir MUHAMMAD Batinku…
    MUHAMMAD dzohir ALLOH batinku…
    Irodatku…irodatulloh… Qudrotku
    Qudrotulloh
    kalamku… kalammulloh…!!!

  80. Benny Abdul Rahman said

    Assalam. saya mau tanya bagaimana caranya memfanakan diri dan bagaimana caranya berma’rifat

  81. maya said

    Ass. Wr.Wb.
    Saya sudah hampir 2,5 minggu ini membaca tulisan dan tanya jawab di blog Mas PJ. Alhamdulillah akhirnya Allah mempertemukan saya dengan situs ini….Kalau saya boleh bertanya, bagaimana kita dapat mengetahui Mursyid Murobbi itu? Terima kasih atas perhatiannya..Apabila saya ingin bertanya lebih mendalam apakah saya bisa berkirim email ke alamat email Mas PJ ?
    Wass. Wr. Wb.

  82. mata elang said

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Aku menyimak dulu ya Mas, aku lagi nyari Tuhan yang sebenarnya setelah keyakinan mengenai Islamku tergoncang. Alhamdulillah hati ini kembali tentram setelah “ditampar” berulangkali.

  83. gimin lelono said

    assalamualaikum wa rohmatulloh sedulur sedulur.
    puji syukur Allah mempertemukan, perjalananku sungguh melelahkan. satu2nya cara adalah hubunganku pd yg maha batin. jalanku seperti alirannya air di sungai. bahasaku bukanlah arab tp dgn bahasaku sendiri … rasanya seperti jatuh ketimpa tangga di injek2 pula. pada posisiku sekarang pd urusan duniawi lg… jalan makin berliku. hinaan makin bertambah. ini berjalan terseok dan tersendat..guru tak mau di aggap guru. hanya habluminnalloh lah jalanku. sodaraku…saya malu tuk mengatakannya.

    silahkan liat sendiri…
    wassalamualaikum wa rohmatulloh.

  84. Jonh Pry said

    Semua jabaran2 yg ada benar semua.. Ga da yg salah.. Itulah ceritanya.. Tetapi cerita tetaplah cerita.. asyiknya cerita…
    Tetapi saya jg punya Cerita.. Begini ceritanya:
    “ALLAH itu nama.. Sebutan yg paling tinggi.. Puncak sebutan.. Anak kecil adza faseh melafalnya.. Tetapi ALLAH itu gaib.. ALLAH itu laisyakamaslihisyaiun.. Atau dgn kata lain tidak bisa diutak-atik lg.. Jd bagai mana agar ia dikenal..?? Maka Ia munculkan nurnya.. Yang mewakili sifat2NYA.. Yaitu Nur Ahmad.. Nur yg maudzud dan meliputi segala sesuatu.. Dan sempurna Udzudnya menjelma mendzadi Muhammad rasullullah.. Dan dibawahnya kepada nabi2.. Arifbillah dan insan kamil.. Dan seterusnya dan seterusnya… Tentunya ini masih cerita.. So.. Bagaimana kita membuktikan kebenarannya..?? Tentunya apabila kita membicarakan tentang sesuatu kebenaran yg hakiki.. Maka kita harus bisa membuktikannya.. Dan bukti ini tidak akan bisa dibantah lg oleh akal-pikir yg waras.. Karena salah satu kelebihan manusia dari pada mahluk lainnya adalah terletak pd akal-pikirnya.. “Beruntunglah bagi orang2 yg berfikir”
    Inilah cara membuktikannya:
    ALLAH adalah nama tertinggi dari Dzat yg maha tinggi.. Tdk seorangpun pernah bertemu tetapi Benar ada.. Kemudian turun kepada awal nur.. Tdk seorangpun tahu seperti apa.. Tetapi benar ada.. Turun kpd Adam.. Benar ada tetapi kita tdk pernah bersua.. Kemudian turun kpd nabi2.. Tdk jg kita pernah bersua.. Tetapi benar.. Singkat cerita.. Sampailah kpd Datu moyang kita.. Belum pernah jg bertemu.. Tetapi benar jg.. Lalu sampe kepada kakek-nenek kita.. Nah.. Disini sdh mulai telihat.. Terus turun kpd Ibu-Bapa kita.. Maka mulai jelaslah sdh.. Akhirnya Sampailah kepada kita sekarang.. Diri yg ada ini.. Inilah bukti nyata Kebenaran ALLAH.. Kebenaran Muhammad Rasullullah.. Kebenaran yg terhampar pada Diri ini..
    Maka ALLAH gaib kepada Muhammad.. Dan Muhammad gaib kepada Insan…
    Bersatu tidak sekutu.. Bercerai tidak berpisah..
    Tidak Dapat dipisahkan air dan gelombang.. Tetapi dapatlah dibedakan..
    ALLAH–MUHAMMAD–INSAN adalah setali tiga uang.. Disini ada suatu pertalian halus (sirr) yg melekat.. Disinilah rahasia itu berada dan hanya guru yg Mursyid saja yg dapat menyampaikannya…
    Maka jika sdh tahu jgnlah mencari ALLAH.. Jgn lah Mencari nur.. Tetapi Tawajjuhlah kepada DIRI yg ada ini saja.. Maka itulah yg disebut “AHAD”

    “Jonh Pry”

  85. ajib wicaksono said

    salam unbtuk Mas John Pry …

  86. Diri-ku said

    Assalamualaikum wr wb, sejuk rasanya dengan membaca blog ini banyak ilmu yg tersirat maupun tersurat yang bisa kita gali dari para salik. Mohon sharingnya Mas PJ, adakah “Tanda-tanda secara psikis atau metafisik” yg dapat kita rasakan atau alami pada setiap tahapan Jalalullah, Jamalullah, Qoharlullah, dan Kamalullah. Semoga Mas PJ diberkahi Alloh ilmu yg tinggi sehingga kita semua bisa mendapat tetesan ilmu Nya dari Mas PJ. Salam

  87. bajra99 said

    tez gan

  88. bajra99 said

    ahmad, muhammad, nabi muhammad, Muhammad rosulullah, nur muhamad dan muhammad nabi akhir zaman mohon penjelasan masing2 atas nama yang tersebut diatas secara syariat hakekat makrifat dan makrifatullah

  89. tatkala segala rahasia terbuka, tak ada lagi perbedaan-perbedaan
    tatkala segala rahasia terbuka, tak ada lagi ilmu
    tatkala segala rahasia terbuka, tak ada lagi tingkatan
    tatkala segala rahasia terbuka, tak ada lagi kata yang dapat terucap
    tatkala segala rahasia terbuka, tak ada lagi dirimu

  90. andi said

    dimna saya bisa belajar untuk bisa makrifat kpd allah

  91. maskanto said

    Allah memberikan petunjuk bagi siapa saja yang dikehendaki. terus berusaha menjadi lebih baik bukan hanya di hadapan manusia tetapi juga dihadapan Tuhan, karena Allah mahasuci tentunya hanya kepada yang suci Dia kehendaki

  92. Tedjo said

    Salam kang PJ semoga mahabah dan ridhonya terlimpah untuk kang PJ dan kita semua..

  93. TS said

    Rosulullah Saw bersabda :

    “Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh-ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”.

    Sabda Rosulullah Saw yang lain :

    “Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.

    ………………………………………………..

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Agar tidak terjadi salah interprestasi dan salah tafsir:

    1. Sebelum membahas yang lainnya, sebaiknya disebut sumber hadits (sanad dan perawi nya) atas isi hadits yang anda kutipkan itu.

    2. dan sebaiiknya anda juga menyebutkan dalil-dalil yang bersumber dari Al Qur’an sebagai dasar hukum tertinggi yang Allah berikan kepada manusia.

    Wassalam

  94. Salam Kenal Kang Pengembara Jiwa

  95. Kunci dari semua itu ialah pengakuan 2 kalimat Syahadatnya , jika ia benar meletakan dalam lubuk hatinya untuk di amalkan pada setiap geraknya, perkataannya, perbuatannya tanpa berhenti dalam 24 jam maka kenikmatan ya ia dapatkan gimana MAS? JiWo

  96. iyan said

    Asalamualaikum ikutan mondok di pesantern mbah pj,Blog yg luar biasa bagus

  97. none said

    please continue for sharing…gunakan huruf hati dan kalimat hati biar sharingx adem…he.he.he

  98. Zulkifli said

    Aslmkm…. semuanya.
    Mohon ijin nyimak…

  99. assalamualaikum wr.wb para saudaraku semua….salam kenal dari jasad yang hina, semoga dapat menimba ilmu di blog kinuhun PJ ini…aamiin ya Alloh

  100. Lazuar said

    Assalamualaikum mas PJ.kalo blh saya bertanya,mohon jawabannya disini atau ke email saya.bagi saya yg ingin memulai jalan tasawuf,langkah2 apa yg harus saya lakukan?karna saya msh buta akan tasawuf.dan seperti apa ukuran benar dan salah dlm ilmu tasawuf?karna saya jg takut tersesat.
    Trima kasih atas jawbn mas

  101. Lazuar said

    Assalamualaikum mas PJ.kalo blh saya bertanya.bagi saya yg ingin memulai jalan tasawuf,langkah2 apa yg harus saya lakukan?karna saya msh buta akan tasawuf.dan seperti apa ukuran benar dan salah dlm ilmu tasawuf?karna saya jg takut tersesat.
    Trima kasih atas jawbn mas

  102. abidzar_algfhiffari said

    aslm ‘alykm wr, wb..izin nyimak dan pngn kenaln, klo bisa ktemu,..biar mantap benneer…maklum awal nian, ya Pengasuhnya PJ. .Semoga kami dapatkan lebih ilmuNya..ammiinnn.

  103. Fana nii said

    Assalamu alaikum Wr Wb
    Kang PJ
    slamet rahayu damai di hati damai di bumi damai di langit
    Wassalam

  104. sutrisno said

    Assalamu alaikum… akhi….
    mohon ketulusan dan keiklasannya, ana copy dan prin out semua artikelnya, dan mohon do’a agar ana dapat memahaminya,
    dan mohon di balas agar tidak ada pertanggung jawaban bagi ana di kemudian hari, semoga antum semakin mesra pada rahasianya aamiin…

  105. achmad zubaidi said

    Subhanallah, terima kasih atas ilmunya dan informasinya yg sangat berguna trutama pada diri saya, untuk dapat lebih mengenal diri sendiri dan Allah SWT beserta Rasulullah Saw.

  106. puki nyaman says said

    palir karass haaaaaaa………

  107. Subhanallahil’azhim…

    tiada kata yg mmpu Fakir ucap

  108. baharudin said

    Ass.Mohon penjelasan bagaimana caranya kita kembali agar tidak tersesat ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Terima kasih atas penjelesannya.Wasslam

  109. sedang kembali said

    Ass. Kepada guru Pj. Tolonglah kami diberi pencerahan, bagaimanakah cara kembali,Mudah2an Allah meredhoi guru Pj untuk membantu kami. Wassalam

  110. ilham said

    ass… mohon diberi pencerahan, aku sangat tertarik belajar ilmu islam yang hakiki.
    aku hanya bertanya. Apa Maksud Islam diturunkan oleh Allah. seperti yang mana diketahui sesempurna2nya Agama adalah Islam, kaitannya dengan Telah Keciptakan Alam dan segala isinya hanya kepuyaanmu Hai Muhammad.
    mohon penjelasan?

  111. ilham said

    Ass. sekedar pencerahan ?
    Sekedar membuka kembali Pengetahuan Kita, Sesunggunnya Allah telah menciptakan segala sesuatu lengkap dan sempurna, Sesungguhnya Allah Menciptakan Dunia Beserta isinya hanya untuk Mu Hai Muhammad, Firman Allah mengatakan lagi Sesempurna-purnanya Agama adalah Islam. (Aku ada dalam Rahasia Manusia, dan manusia ada dalam Rahasiaku)
    jadi sesunggunhya menggali rahasia Allah tidak perlu kemana-mana, ada dalam Diri Manusia?
    lantas Apa itu manusia? Manusia ada ISLAM. dan ISLAM adalah Manusia?
    kalau saya Simpulkan bahwa kita disuruh mencari Apa Itu manusia? karena dari Manusia lah kita dapatkankan Keimanan menuju Kesempurnaa tersebut
    wassalam

  112. Assalamualaikum sderek sdulur smoanya,buat mas PJ
    Saya mau tanya tentang arti ato pemahaman MERDEKA/BEBAS dari sgla BELENGGU JIWA?…dan ktika sudah bebas apakah kita hidup selayaknya sprt apa?…bebas smaunya ato bgmn mas?..mksh mas

  113. SUANDI said

    Ass wr wb, kpd pengasuh rubrik ini yg sy hormati, sy ingin bertanya ttg marifatullah, pertanyaanya1. Dgn apa kt dpt mengenal dan mencapai 4 thpan untuk sampai kpd ALLAH SWT. Empat tahapan adalah : Jalal, Jamal, Qohar dan Kamal
    2. Untuk dpt menyempurnakan sholat kt yg pada akhirnya kt maujud dgn Allah SWT MK kt hrs menyempurnakan : Istinja yg benar itu bgmn?, Untuk menyempurnakan air wudhu kt yg maujud dgn jaddi, waddi, manni dan manikam bgmn?
    3. Cukup itu dulu, smg Allah SWT meninggikan derajat bagi antum yg memiliki samudra ilmu yg luar biasa

  114. Larno Ndeso said

    — Perintah bershalawat kepada Nabi jelas dalilnya …
    — Bacaan shalawat (redaksi/matannya) bermaca-macam & juga sudah jelas
    — Yang saya masih belum tahu bagaimana bershalawat kepada nabi itu, tentu bukan sekedar berwirid dengan bacaan2 shalawat ya guru …..?

    salam buat guru pj

  115. Assalamualaikum wbt tuan.. sya mohon izin copy paste share blh ya.. & izinkn mengamalkannya… terima kasih tuan…

  116. Nur Ahmad said

    Illahi anta maksudi wa ridho kamadlubi…

Tinggalkan komentar